Tinggalkan jejak anda melalui komentar

Selasa, 07 Maret 2017

Jogja, Semoga Kau Mampu Menyembuhkan Luka

“Penumpang yang kami hormati, sesaat lagi kereta api Tasaka akan tiba di Stasiun Yogyakarta, periksa kembali barang bawaan anda. Tetaplah duduk sampai kereta api benar-benar berhenti. Terima kasih atas kepercayaan anda mengunakan layanan kami. Sampai bertemu di perjalanan berikutnya”
            Kereta api yang aku naiki sudah sampai di kota di mana aku dilahirkan, Yogyakarta. Aku Tsania, umurku 18 tahun, seorang remaja yang akan melanjutkan kehidupannya di kota ini.
*
            “Tsaniaaaaa….”
            “Mas Darto….. aku kangennnnnn” ucapku sambil berlari memeluk kakak sepupu yang menjemputku. “Mas Darto sendirian aja nih… Pakdhe, Budhe, Wina nggak ikut mas?”
            “Kamu ki ndak lihat po ya sekarang ini jam berapa? Hmmm.. Yo jelas to ya kalo Pakdhe dan Budhe itu ya masih kerja. Nah kalo Wina lagi dolan sama temennya” Jelas Mas Darto sambil membuka pintu bagasi dan memasukkan barang-barangku.
            “Hmmm… eh mas. Brarti nanti aku satu kampus sama Wina kan?”
            “Iya, udah ayo masuk, kamu pasti lapar to… tadi Simbah udah masak banyak banget buat kamu di rumah”
            “Wahhh.. Simbah memang pengertian sama cucunya yang cantik ini.. lets go!”
Mobil yang kami naiki berjalan keluar stasiun dan membelah jalanan Jogja yang sedikit padat akibat jam pulang kerja. Sepanjang perjalanan ke rumah aku tak henti-hentinya melihat ke luar jendela. Sungguh, kota ini memang selalu aku rindukan. Tidak lama, mobil yang aku naiki bersama mas Darto sampai di rumah. Rumah ini adalah rumah Pakdhe Joyo yang merupakan kakak dari Mama, sedangkan Simbah Kakung dan Putri tinggal di sebelah rumah Pakdhe.
            “Kamar kamu di sebelah kamar Wina yo Tsan, kamu ke sana wae dulu, nanti tas-tas mu sing abot itu tak bawake ke kamar”
            “Aku ke tempat simbah dulu aja deh mas, sekalian mau makan”
            “Yowis, nanti tak nyusul setelah tas-tasmu ini tak masuke kamar”
Aku berjalan ke rumah yang benar-benar persis di sebelah rumah Pakdhe ini. Simbah disini nggak cuma tinggal berdua aja, tapi juga ada Bulik Eni yang merupakan adiknya Mama, Paklik Herman suami Bulik Eni dan Menik anaknya yang masih umur 7 tahun.
            “Mbah..” Sapaku pada simbah Kakung yang sedang asik merumput”
            “ Weee… cah ayu sudah datang to. Ayo masuk, Mbah Putri sudah nunggu di dalam”
            “Iya Mbah, Tsania masuk dulu ya mbah” Aku kemudian masuk ke dalam rumah dan menemui Mbah Putri yang sedang asik membaca di ruang tengah. “Mbah Putri….” Ucapku sambil menduduki kursi kosong di sebelah simbah.
            “Welah. Cah ayu iki, sudah datang. Tadi di jemput Darto to?”
            “Iya mbah, tadi Mas Darto yang jemput pakai mobil kodok kesayangannya itu”
            “Welah bocah kuwi, wong ya ada mobil Kijang apik isih kinyis-kinyis kok malah numpak kodok ijo.”
            “Nggak papa kok mbah, tadi kodoknya lagi waras kok, nggak rewel”
            “Hmm. Yawis. Kamu sudah makan ? Simbah tadi sudah masak, itu makan saja yang ada di meja makan”
            “Oke mbah, Tsania makan dulu ya, Simbah sudah makan ?”
            “Sudah, simbah dan mbah Kakung sudah makan tadi”
            “Tsania ke meja makan ya mbah.”
Aku menghampiri meja makan dan melihat terdapat banyak menu makanan yang tersaji, dari tempe tahu bacem, sayur lodeh, ikan asin, dan sambal. Menu khas yang dimasak simbah ini selalu ngangeni. Aku segera mengambil piring dan kuisi dengan nasi yang masih panas, dan segera kutambahkan lauk pauk yang sangat lezat itu.
            “Tsan, nek makan ki ya berdoa dulu jangan langsung leb gitu to ya”
            “Ih.. Mas Darto nih ganggu aja… Tsania udah berdoa yaa… sini mas, makan bareng.”
            “Nggak usah kamu suruh aku makan bareng, aku ke sini ya memang mau makan dek”
            “Tuhan.. Kiranya engkau memberi aku kesabaran tinggal serumah sama mas Darto. Amin”
            “Weeeeelahh. Malah doa ngono, njaluk di cium ki kayane..”
            “Ihhh.. kan aku bercanda mas.. Sudah ah, aku mau makan.”
Setelah selesai makan siang yang sangat terlambat ini aku memilih ke kamar untuk mengganti baju dan beristirahat.
*
            Aku terbangun, jam dinding menunjukkan angka 1. Ya ini masih jam 1 pagi, karena aku tidur terlalu pagi aku jadi bangun dengan segar dan tidak mengantuk. Aku memutuskan untuk menata barang-barang yang masih berada di tas dan koperku. Mulai aku pindahkan satu persatu baju-baju yang aku bawa ke dalam lemari baju yang berada di sudut kamar. Setelah aku sudah memasukkan semua barang kedalam lemari, ternyata masih terdapat satu kotak kecil yang tertinggal. Ku lihat sejenak kotak berwarna merah muda itu, pikiranku seakan diterbangkan pada kejadian beberapa hari lalu, hari sebelum aku berangkan ke kota ini.
#
            Hari ini adalah hari perpisahan sekolah, berpisah dengan seluruh teman-teman SMA yang sudah sangat dekat satu sama lain. Acara perpisahan digelar dengan sederhana, ya acaranya hanya di sekolahan saja. Kami semua menggunakan baju terbaik kami, dan bagi kaum hawa akan menghabiskan waktu lebih lama untuk persiapan datang ke acara ini, ya berdandan cantic. Banyak teman-teman yang memberi hadiah dan surat kenagan di hari terakhir sekolah ini. Teman-temanku sedih ketika mengetahui aku akan melanjutkan studi ku di kota kelahiranku, Yogyakarta, mereka tak rela aku berpisah jauh dari mereka.
            “Yoooo… mari kita lanjutkan acara malam perpisahan SMA Harapan Cinta ini. Acara selanjutnya adalah acara puncak, siapa yang nggak sabar dengan penobatan King and Queen SMA Harapan Cinta 2013???” Semua siswa bersorak saat pembawa acara mucul di atas panggung. “Tapi sebelum itu.. kita akan mendengarkan penampilan dari salah satu siswa yang sangat tamfaaann di SMA Harapan Cinta ini, siapa???”
Semua teman-teman menyerukan sebuah nama dengan lantang, nama yang sangat membuat hati ini berdetak hingga terdengar keluar tubuh, membuat tanganku dingin dan kakiku bergetar hebat. Nama yang beberapa tahun terakhir mengisi ruang hati yang kosong, yang mengisi kesendirian ini dengan penuh canda dan tawa. Dia, yang beberapa saat lalu kuhampiri dan kukatakan kata ‘PUTUS’.
            “Angga!!!!!!” Sorak seluruh siswa menyerukan namanya.
            Deg…..
            “Yaa…. Kalian semua benar, langsung saja kita panggilkan… Angga” sebut sang pembawa acara memanggil namanya. Sosok berkemeja biru langit yang lengan panjangnya digulung hingga siku dengan celana jeans berwarna navy blue, tatanan rambut yang dibuat sangat rapi, jam tangan merk ternama berada di tangan sebelah kirinya. Angga duduk pada kursi yang berada di tengah panggung, membawa gitar kesayangannya. Sesekali kulihat ia menatap tajam pada diriku sambil mempersiapkan diri untuk bernyanyi. Sungguh, rasanya kakiku sudah tak sanggup untuk berdiri, namun aku harus terlihat kuat.
            “Lagu ini aku persembahkan untuk seseorang dan untuk kalian semua yang ada di tempat ini” beberapa dari teman-temanku langsung melihat ke arahku dengan senyum menggoda, mereka yang belum tahu apa yang terjadi beberapa saat lalu masih bisa menggoda ku dengannya, dan aku hanya diam.
            Petikan gitarnya sudah terdengar jelas di telingaku, hati ini mulai ricuh dan bergemuruh mendengar setiap nada yang keluar. Sungguh, aku harus tetap berdiri di sini dengan kuat. Suara beratnya mulai terdengar, penuh dengan kesakitan.
If you ever leave me, baby,
Leave some morphine at my door
'Cause it would take a whole lot of medication
To realize what we used to have,
We don't have it anymore.
There's no religion that could save me
No matter how long my knees are on the floor (Ooh)
So keep in mind all the sacrifices I'm makin'
To keep you by my side
To keep you from walkin' out the door.
'Cause there'll be no sunlight
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
Just like the clouds
My eyes will do the same, if you walk away
Everyday it'll rain, rain, ra-a-a-ain
I'll never be your mother's favorite
Your daddy can't even look me in the eye
Ooh, if I was in their shoes, I'd be doing the same thing
Sayin' "There goes my little girl
Walkin' with that troublesome guy"
But they're just afraid of something they can't understand
Ooh, but little darlin' watch me change their minds
Yeah for you I'll try, I'll try, I'll try, I'll try
And pick up these broken pieces 'til I'm bleeding
If that'll make you mine
'Cause there'll be no sunlight
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
Just like the clouds
My eyes will do the same, if you walk away
Everyday it'll rain, rain, ra-a-a-ain
Oh, don't you say (don't you say) goodbye (goodbye),
Don't you say (don't you say) goodbye (goodbye)
I'll pick up these broken pieces 'til I'm bleeding
If that'll make it right
'Cause there'll be no sunlight
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
And just like the clouds
My eyes will do the same, if you walk away
Everyday it'll rain, rain, ra-a-a-ain
It Will Rain – Bruno Mars
            Lagu yang telah selesai ia nyanyikan membuat kedua mata kami meneteskan cairan bening yang asin. Ia terus menerus menatap mataku saat menyanyikan lagu tadi, tanpa sedetik pun terlepas. Semua orang yang melihat penampilannya, saat ini mengalihkan perhatiannya padaku. Dengan wajah keheranan mereka semua melihat tingkah kami yang aneh pada hari ini. Bayangkan saja, kami yang dijuluki pasangan paling romantis se-SMA Harapan Cinta malah saling menangis dan tersakiti di malam perpisahan, yang benar-benar menjadi malam perpisahan bagi kami. Aku memutuskan untuk berbalik pergi meninggalkan tempat ini, aku memutuskan keluar. Sungguh aku sudah tak sanggup melihat tatapan mereka dan tatapan matanya.
            “Tsania” belum sempat aku melangkahkan langkahku, aku mendengar Angga memanggil namaku dari atas panggung. Ia berjalan turun dari panggung dan menghampiriku. Aku enggan menolehkan badanku kearahnya, namun dengan tangannya sendiri ia mencoba menghadapkanku di hadapannya. “Untukmu” Ia memberikanku sebuah kotak kecil berwarna merah muda di depan seluruh teman yang ada di tempat ini. Setelah menyerahkan kotak itu, Ia berjalan pergi meninggalkanku.
#
            Kotak berwarna merah muda itu belum pernah aku buka, sungguh hati ini bergetar hebat mengingat siapa yang memberikannya. Dengan hati yang sangat berat, aku mencoba membuka kotak itu. Dalam kotak tersebut terdapat surat dan juga foto-foto kami, aku mencoba membaca surat tersebut.
Untuk Tsania,
Halo cantik, Cie yang sebentar lagi kuliah di Jogja.
Btw kalo udah di Jogja jangan lupain aku lo yaaa. Jangan suka nakal, kurang-kurangi lah isengnya.
Aku pasti bakal kangeeeenn banget sama kamu.. Ya, kamu tau lah ya, aku nggak ketrima kuliah di Jogja jadi ya kita LDRan dulu deh.
Sering-sering pulang ya, kalo ada kesempatan aku pasti bakal main-main juga kok ke Jogja. Jaga Kesehatan ya.
Oh ya, aku kasih kamu foto kita nih, biar kamu tetep selalu always setiap saat inget sama aku. Wekekekek. Pokoknya Suskses kuliahnya ya Tsan.

Love You
Angga

            Tanpa sadar, aku telah meneteskan air mataku, kata-kata sederhana namun sungguh membuat pertahananku runtuh seketika. Ia pasti saat itu sangat tak menyangka, bahwa saat itu akan menjadi hari perpisahan bagi kami, hadiah yang Ia siapkan pun benar-benar menjadi hadiah perpisahan, bukan hanya berpisah jarak namun juga hubungan kami. Tanganku mengambil beberapa foto yang terdapat dalam kotak, tak jarang tawaku muncul saat melihat pose konyol kami dalam foto. Tapi sekarang segalanya telah berakhir, dan aku sendiri yang memilih untuk mengakhirinya.










            Tak mau terlalu terlarut dalam perasaan ini, aku segera membereskan foto-foto ini dan kumasukkan kembali dalam kotak, berserta dengan suratya dan kumasukkan dalam lemari. Kulihat jam sudah menunjukkan angka 3 pagi, dan aku memilih untuk tidur agar saat pagi nanti aku tak seperti zombie.
*

Angga Pont of View

     Sudah beberapa hari ini aku selalu diam di rumah, lebih tepatnya di kamarku. Hari ini Dia yang masih setia berada di ruang hatiku pergi menuju kota kelahirannya. Berat. Namun telah kucoba memahami. Kesalahan yang pernah aku buat sebulan yang lalu memang sudah merusak kepercayaannya padaku. Ini semua memang kesalahanku, aku yang menyembunyikan berita bahwa aku akan melanjutkan studiku di Jerman dan membuat dia terluka. Kenyataan yang lebih menyakitkannya adalah hal itu sengaja disusun oleh Ayahku agar aku bisa bersama Clarisa, anak teman Ayah yang pernah aku suka dan masih kerap dijodoh-jodohkan denganku. Ayah memang lebih suka jika aku bersama Clarisa daripada Tsania. Aku tak mampu menolak permintaan Ayah, dan aku tak mampu menyampaikannya pada Tsania, hingga pada akhirnya Ia tahu dengan sendirinya.
     Mengurus kuliahku di Jerman membuatku mau tak mau sering bersama dengan Clarisa dan hal itu menjadi kesalahpahaman antara aku dengan Tsania. Sudah berkali-kali aku mencoba menjelaskan, bahwa aku hanya menyayanginya, namun Ia memilih pergi.
#
            “Maaf, tapi lebih baik kita sudahi saja. Aku tahu, Ayahmu pasti akan memberikan yang terbaik bagi anaknya. Clarisa, adalah yang terbaik bagi kamu. Aku memilih mengakhiri bukan berarti aku tak percaya pada perasaanmu padaku, namun ini untuk dirimu. Jerman adalah impianmu bukan? Sekarang itu sudah ada di tanganmu, dan Ayah yang telah mengusahakannya. Jadi, sekarang ini saatnya kamu untuk mengejar cita-cita mu di sana dan aku juga dengan cita-citaku di Jogja. Ayahmu juga telah memilih Clarisa untukmu, dan itu juga yang terbaik untukmu. Jadi, lebih baik kita akhiri saja ya?”
            “Tsan, aku bisa bilang sama Ayah untuk nggak memaksa aku sama Clarisa, aku bisa bilang sama Ayah kalau aku sayang sama kamu..”
            “Angga, kita sudah mencobanya selama 2 tahun ini bukan? Tapi Ayahmu tetap memilih Clarisa. Ibumu yang di Surga juga telah lebih dulu mengenal Clarisa dan Ayahmu bilang bahwa Ibumu sangat menyukai Clarisa. Clarisa mewarisi sifat Ibumu Angga, Dia seperti Ibumu. Bukannya kamu rindu Ibu? Sifat Ibumu ada pada Clarisa, bukan aku.”
            “Tapi Ibu harusnya tahu dari atas sana, mana yang lebih membuat anaknya bahagia. Ibu pasti mengerti Tsan. Kamu.. Cuma kamu Tsan. Clarisa itu masa lalu aku, teman masa kecil aku, bahkan kami nggak pernah pacaran Tsan.”
            “Tapi Ayah mu sudah mengganggap dia pacarmu Angga, dan aku tidak. Lebih baik sekarang aku menyadari diri dan mundur. Menentang orang tua nggak baik Angga, kamu harusnya bisa membahagiakan orang tuamu satu-satunya.”
            “Oke. Kalau itu yang menurutmu baik, dan yang harus aku lakukan. Aku akan lakukan. Tapi, kamu harus tetap tahu bahwa perasaan ini masih terus ada buat kamu. Terimakasih telah berkorban untuk aku, semoga kamu bisa mendapatkan yang lebih baik. Terimakasih untuk hati yang tulus, dan mau menerima keadaan ini. Aku nggak bisa memberi yang harusnya kamu terima. Aku minta maaf.”
#
     Tubuh kecil dalam pelukkanku untuk pertama dan terakhir itu masih terasa sampai saat ini. Mengapa Ayah tak mengerti, bahwa Tsania begitu sangat baik dan tulus. Tapi mungkin Tsania benar, Ibu lebih mengenal Clarisa daripada dia, dan Ibu telah mempercayakan Clarisa untuk berada bersamaku. Walau mungkin saat ini Ibu tahu mana yang lebih aku inginkan, tapi Ayah hanya tak ingin mengecewakan amanat Ibu pada Clarisa.
*
Back to Tsania
            “Tsaniaaaaaa…….. Kamu mau bangun jam berapaaa sih Tsann… ini udah pagi loo.. nanti jodohmu di ambil sama aku semua lo.. Gadis kok bangun siang” suara cempreng yang sangat tidak indah ini membangunkanku dari tidur. Dengan berat aku membuka mataku, dan
            “Winaaaaa…” teriakku sambil memeluk Wina. “Winaa, aku kangen tahu… “
            “Welah. Lha aku itu kemarin jam 7 sudah sampai rumah, eh malah sepupuku sing ayu ini molor kayak kebo, dibangunin makan malam aja ndak bangun.”
            “Hehehe. Aku capek tau… pokoknya aku kangen kamu Winnnnn” ucapku sambil memeluk Wina dengan erat.
            “Mas Darto…. Tolongin Wina Mas…. Aku dipenyet Tsaniaaa” teriak Wina dengan suara cemprengnya…
            “Walah.. opo to dek. Mbok nggak usah teriak-teriak. Wo. Akhire Tsania bangun juga. Wis sekarang mandi dan siap-siap Tsan, aku mau ngajak kamu dan Wina main ke Wonosari”
            “Wonosari??? Naik mobil kodok Ijomu mas?” Tanya Wina kepada kakaknyaa…
            “Yo endak lah. Naik mobil Bimo, aku ajak Bimo juga.”
            “Wa…. Sama Mas Bimoooo… asikkkk.” Sahut Wina dengan semangat dan cempreng.
            “Mas Bimo siapa Win?”
            “Wo… Mas Bimo itu temannya Mas Darto. Orangnya ganteng, pinter, masih single pisan. Coba aku belum pacaran sama Derel, pasti Mas Bimo udah jadi pacarku” ungkap Wina dengan wajah yang berseri
            “Bimo ndak cocok sama kamu lah Win, mosok ya mau punya pacar suarane cempreng koyo kaleng.”
            “Mas Darto ki lho.. Mas Bimo ki yo kok mau punya temen Mas Darto sing eleke ra ana sing ngalahi. Padahal Mas Bimo kan ganteng” Ejek Wina pada kakakanya. Aku hanya tertawa melihat kakak beradik ini saling ejek.
            “Lho ya justru karna aku jelek, Bimo jadi kelihatan ganteng. Jadi Bimo harus berterima kasih sama aku. Sudah, sekarang kalian siap-siap. Bimo sebentar lagi jemput” Ucap mas Darto sambil berlalu pergi.
            “Pokoknya to Tsan, kamu pasti suka deh sama mas Bimo, apalagi kamu baru putus to. Dijamin mas Bimo bisa menyembuhkan luka hatimu itu” kata Wina penuh penekanan dan keyakinan.
            “iya. Iya. Udah akum au mandi dulu. Makasih ya Win sudah dibangunin. Pokoknya aku kangen kamu” Kataku sambil mencium pipi Wina dan langsung berlari ke kamar mandi.
            “Tsan… Mbok ra nyium-nyium aku to… aku ki wis wangi ee“ Teriak Wina dengan suara cempreng khasnya.
            Aku hanya tertawa dari jauh. Ya, inilah yang aku suka dari kota kelahiranku. Keributan saudara-saudara yang selalu membuat aku bahagia. Aku berharap, luka hatiku akan terobati di tempat ini. Aku percaya bersama mereka, hari-hariku akan semakin berwarna. Dan untuk kamu Angga, selamat berbahagia dengan masa depanmu yang baru.


END

Rabu, 07 Desember 2016

Jembatan Perbedaan

Mataku terbuka dan kulihat senyuman
Tanganku terbuka dan kurasa kehangatan
Kehangatan yang masuk dan merasuk hati serta jiwa
Kini pikiran dan logika tak tertuju pada individu
Namun kita
Seribu bibir mengatai kita layaknya orang muda beradu kasih
Kau mungkin putih dan aku hitam
Kau pembela kebenaran dan ku pejuang kesabaran
Kita berjalan dalam liku dan arus yang tak sama
Namun tangan mu masih ku genggam erat
Diantara kita terdapat jarak bagaikan jurang
Dan tangan kita menjembataninya
Kau dan aku adalah dua sisi mata uang
Kita tak segaris sejalan
Namun kita tetap berjalan dengan jalinan
Menikmati liku dunia dengan senyuman bulan sabit
Kau dan aku yang tak pernah sama
Namun saling mencinta
Kau dan aku, kita bersaudara

    Endahe saduluran manut rehing Pangeran, 
    Sami dene ngajeni, wah mbiyantoni 
    Nadyan beda agama wah beda golongannya
    Tunggal rasa pambekan pri kamanungsan,

        Kluwung pindhanya endah ing warna,
        Nyawiji mbangun urip kang adya, tentrem raharja
(KPK 319)



TUHAN CINTA SEMUA BANGSA

Selasa, 19 April 2016

Mencintai dengan Sederhana

Mencintai dengan Sederhana..

Apasih mencintai dengan sederhana itu ???

....

OK.. Jadi mencintai dengan sederhana adalah mencintai dengan apa adanya kita...

lhoo..gimana bisaaa....

Nah.. biasanya kan kita identik dengan kata mencintai orang lain dengan apa adanya mereka, biasanya kata-kata itu yang lebih banyak dibahas orang. Tapi disini... aku memandang dari sudut diri kita sendiri. Ya.. seperti yang udah aku bilang, mencintai dengan sederhana adalah mencintai dengan apa adanya kita.

Kenapa sih topik ini pingin banget aku bahas...??

Karena.. eee karenaaa

Kebanyakan orang yang mencintai orang lain akan melakukan segala macam hal untuk orang yang dicintai, seperti merubah penampilan, melakukan segala macam hal untuk membuat orang lain senang..

Ok. itu nggak salah dan itu memang bisa dibilang benar..

but...

Mencintai dengan sederhana adalah ketika kita bisa mencintai seseorang dengan apa adanya kita tanpa kita harus melakukan sesuatu untuk orang tersebut.. dan bisa dibilang mencintai dengan hati yang benar-benar murni.

Mencintai sederhana hanya membutuhkan hati tanpa embel-embel kita harus dandan cantik, harus membuat a, b, c untuk orang lain..

Mencintai dengan sederhana itu nggak mudah... justru menurutku ini adalah hal yang susah..

Kenapa??

Karena biasanya kalau kita mencintai seseorang seperti yang udah aku bilang tadi kita akan melakukan segala hal untuk orang yang kita cintai.

Mencintai dengan sederhana bisa berujung pada perbuatan yang akan membuat orang lain senang juga sebenarnya, tapi disini tanpa ada harapan bahwa orang yang kita cintai akan melakukan hal sebaliknya untuk kita.

Jadi mencintai dengan sederhana... sekali lagi adalah mencintai dengan apa adanya kita, dengan apa yang melekat pada kita yaitu hati. Hati yang murni...

OK.. mungkin ada yang bingung sama pemaparan yang aku maksud disini karena bahasaku yang terlalu bertele-tele dan nggak jelas...


Ya pokoknya belajarlah untuk mencintai seseorang dengan sederhana, dengan hati yang murni, dengan apa adanya kita, dan tanpa mengharap sedikit pun itu akan berbalik kepada kita..

SEKIAN...
SELAMAT BERAKIVITAS..
GOD BLESS YOU.... 
Luv..Luv..

Minggu, 19 Juli 2015

kata kataku katanya

tersenyum manis membaca kata yang tercipta
bernostalgia dengan kenangan di hari itu
berawal dari secangkir kopi
saat satu hari bersama
saling memandang karya
tanpa terucap kata satu sama lain
tak ku ingat perbincangan di antara kita
namun kau disampingku 
saat berita bahagia itu tersampaikan
bersamamu
dari matahari menuju titik tertinggi 
hingga kembali pada tempat tidurnya

Yogyakarta, Juli 2013

Jumat, 25 Oktober 2013

hati

sekencang apa aku harus berlari?
harus sekuat apa aku mencoba untuk lepas?
kenapa tetap kamu yang ada
kenapa bukan dia yang jelas-jelas sedang melihatku
kenapa harus kamu yang justru sedang memunggungiku
kenapa hati ini tak mau berpindah kepadanya yang ada di sisiku saat ini
kenapa aku terus melihat mu yang hanya waktu dulu di sisiku
kenapa harus kamu yang sekarang sedang melangkah menjauh
tak tahukan kau hati, bahwa ada yang lebih menyayangimu?

Sabtu, 17 Agustus 2013

Harmonisasi Cinta

Lagu Kebahagiaan

Hari ini pementasan klub kampus diadakan, aku mendapat jatah tampil di akhir acara jadi aku masih bisa duduk di depan panggung menikmati acara ini.  Berbagai tampilan dari klub-klub kampus bergantian tampil di atas panggung, dan sekarang klub tari akan segera tampil. Ya siapa lagi kalau bukan Sani yang aku tunggu, ia terlihat lebih cantik menggunakan kostum panggungnya. Alunan musik mengawali masuknya Sani ke panggung, ia menari dengan baik dan gemulai. Kemudian Leo masuk panggung dan menari bersama Sani, mereka tampak serasi. Semua yang melihat tampilan Sani tampak menikmati dan terkesima, detik berikutnya mereka semua berdiri sambil bertepuk tangan. Penampilan Sani telah selesai, dan itu tandanya aku harus segera ke belakang panggung karena setelah ini giliranku untuk tampil.
Saat aku sampai di belakang panggung aku melihat Sani dan dia melihatku kemudian menghampiriku.
“Kamu mau tampil juga ya?” tanyanya
“Ia, tarian mu tadi bagus.” Kataku dan disambut senyum manisnya
“Terima kasih, tapi tampilanmu pasti akan lebih bagus. Aku keluar dulu ya, aku akan melihatmu dia panggung sana. Berikan yang terbaik.” Katanya sambil tersenyum lagi.
Aku tak percaya dengan apa yang aku rasakan barusan, Sani dia menyemangatiku rasanya seperti sedang terbang. Aku tersenyum dan mempersiapkan diri untuk tampil.
Aku sudah di atas panggung berdiri dekat piano dan menghadap ke arah penonton.
“Selamat sore semua, sore hari ini saya akan membawakan lagu ciptaan saya sendiri, lagu ini untuk seseorang yang saya sayangi dan dia ada di antara kalian semua. Selamat menikmati penampilan saya.” Riuh tepuk tangan penonton setelah aku mengakhiri kata-kataku dan kini aku sudah duduk di hadapan piano.

Lagu Tak Berjudul
by Igo

Matahari pagi yang bersinar, itu seperti kamu.
Kau cahaya yang selalu membangunkan tidurku.
Mungkin ini seperti anak kecil, tapi aku menyukainya.
Ketika mata kita bertemu, aku tak punya keinginan lain.
Aku hanya ingin melihatmu

Gadis, aku mencintaimu. Sungguh mencintaimu.
Dari awal kita bertemu, di taman yang indah itu.
Senyuman khas bidadari yang tunjukkan
Selalu membuat hati yang sepi ini menjadi ramai
Ratusan kembang api, seperti menyala dalam hatiku dan dadaku.

reff:
Aku ingin bicara padamu
Hanya sekali saja
Aku mohon kau dengarkan aku dengan serius
Aku mencintaimu, sungguh mencintaimu gadis
Kau adalah satu-satunya
Kau adalah segalanya

Aku tak akan tahu, bagaimana hidupku tanpa dirimu
Mungkin hatiku akan merasa kesepian
Cintaku padamu takkan berubah
Bisakah kau disisiku
Menjadi pacarku
Aku mencintaimu gadis.

Sesaat setelah aku mengakhiri penampilanku, semua yang menonton kembali bertepuk tangan. Aku menunduk hormat kemudian kembali ke belakang panggung. Saat aku hendak keluar aku merasa ada sms yang masuk, ku hentikan langkahku dan membuka pesan.
From : Sani
            Temui aku di taman dekat kantin
            Aku tersenyum tapi tak membalas pesannya, langsung ku langkahkan kakiku menuju taman dekat kantin. Sebelum aku sampai ada tangan seseorang yang menarikku, dan ternyata Marissa.
            “Penampilanmu sungguh luar biasa bagus, lagu itu untuk siapa? Sani?” katanya
            “Terima kasih, tapi maaf aku sedang ada urusan jadi tak ada waktu membahasnya” ucapku sedikit tak suka
            “Kau masih menyukai Sani, bukankah kamu tadi lihat kalau dia terlihat cocok dengan Leo. Mereka sudah seperti pacaran” Katanya lagi.
            “Sudah aku bilang Marissa, aku sedang ada urusan.”
“Kenapa sih aku nggak pernah lihat aku, aku selalu ada buat kamu Igo.”
“Maaf” katanya lalu melangkahkan kaki.
“Aku suka kamu Adigo Christian Pratama!” aku berbalik dan kembali menghampiri Marissan.
“Terima kasih sudah suka aku, tapi maaf aku tak punya perasaan yang sama” aku beranjak, kali ini benar-benar pergi menuju taman.

“Sani” panggilku ketika aku sudah berada di taman.
“Oh, Igo sini.” aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
“Ada apa minta ketemu di sini?”
“Em, sebelumnya penampilanmu tadi bagus banget, penghayatanmu pas sama lagunya.”
“Terima Kasih, tapi menurutku biasa aja kok”
“Ih, sok merendah deh kamu. Emang beneran bagus kok.”
“Iya deh iya. Terus kenapa aku di suruh ke sini?”
“Kenapa ya? Tar juga tau. Eh, lagu tadi buat siapa? Nggak bilang-bilang suka sama anak kampus sini.”
            “Siapa yang nggak bilang, udah pernah bilang kok. Kamu aja yang lupa”
“Tapikan kamu nggak pernah sebut namanya”
“Nggak penting, udah buruan mau ngapain di sini?”
“Ih gitu. Nggak sabar banget sih, emang mau kemana? Kita juga udah lama nggak ngobrol bareng kayak gini, kamu tahu sendiri kita sibuk masing-masing”
“Oh, berarti kamu kangen sama aku. Ya kan?” Yap, pipinya merah, pasti dia kangen sama aku.
“Kamu sama kamu, Cuma segini tau” katanya sambil menyatukan unjung jari jempol dan telunjukknya.
“Yakin nggak kangen sama Adigo yang ganteng ini?”
“Pede banget! Ganteng juga Leo”
“Iya tahu Leo emang ganteng” kataku datar dan tak bersemangat.
“Aku ngajak kamu ke sini, mau tanya tentang lagu yang kamu nyanyiin tadi. Apa lagu tadi itu, lagu yang dulu kamu tunjukin ke aku?”
“Iya, kenapa?”
“Bagus, pasti cewek yang kamu maksud di panggung tadi seneng kamu bikin lagu buat dia”
“Cewek itu kamu” Sani menoleh padaku
“Maksudnya?”
“Aku suka sama kamu..... bukan aku sayang sama kamu” Sani memandangku heran “Aku cuma bilang, kamu nggak usah heran gitu deh” aku mencairkan suasana yang hening ini.
“Kalau aku juga punya perasaan yang sama?” tanya Sani
“Ya kita pacaran, tapi kan..” kata-kataku terputus
“Iya, aku juga sayang sama kamu” Tak percaya dengan apa yang barusan di katakan Sani, tapi setelah itu aku langsung memeluknya.
“Udah malem, kamu pulang sama siapa?” tanyaku pada Sani
“Sama pacarku kalau dia bersedia nganter”
“Aku kira bakal pulang sama yang lebih ganteng dari aku”
“Hahaha. Maksud kamu Leo” aku mengangguk “Leo udah punya pacar tahu”
“Punya pacar? Bukannya kamu sering  pulang sama dia, emang pacarnya nggak marah gitu?”
“Enggaklah, kan pacarnya sepupu aku.”
“Oh gitu, ya udah ayo pulang”
“Jadi pacar aku mau anterin pulang nih critanya”
“Enggak.... Ya iya lah” kami berjalan ke parkiran dengan tersenyum

Inilah akhir dari cerita kami, tapi ini bukan akhir karena masih ada kisah selanjutnya yang tak dapat kami ceritakan.

END