Tinggalkan jejak anda melalui komentar

Kamis, 16 Agustus 2012

Sekedar Hati


Terus berjalan melewati waktu
Tak pernah terlewatkan satu detikpun
Pikiran tentangmu terus melambung
Menuju titik yang sudah ditentukan
Titik hitam atau titik putih

Diantara bayang-bayang lain
Aku sudah terikat dengan bayanganmu
Terjerat kuat tak bisa terlepas
Semakin lama semakin kuat
Dan mungkin akan terasa sakit

Biarkan ini terus terjadi
Walau mungkin mengganggu anganku
Aku tetap berjalan
Di antara jeratan dan bergulirnya sang waktu

Minggu, 08 Juli 2012

Harmonisasi Cinta

Harmoni yang Tak Indah


         Sudah beberapa hari ini aku dan Sani tidak bertemu dan aku tidak berusaha mencarinya. Aku mencoba untuk tidak terlihat sedih jika berada di kampus, dan beruntungnya teman-temanku tak ada yang curiga. Mencoba untuk tetap menjalani kegiatanku dengan semangat. Jarum jam menunjuk angka sebelas, jam kuliah pertamaku pun selesai. Waktuku untuk makan siang, dan aku berjalan ke kantin. Di kantin sudah ada beberapa temanku yang sedang menikmati makanannya.
            Setelah memesan makanan, aku bergabung bersama Erick, Luna, dan Doni. Mereka yang menyadari kehadiranku menghentikan aktivitasnya dan melihatku.
            “Kalian kenapa kok tiba-tiba lihat aku kayak gitu?” tanyaku pada mereka.
            “Enggak kok, aneh aja. Udah beberapa hari ini kamu kesana-kemari sendiri aja, biasanya kan kamu sama Sani” ucap Doni.
            “Hem, apa tiap hari aku harus terus sama dia?”
            “Ya nggak gitu Go, tapi kan kita lihatnya udah kebiasaannya gitu. Emang si Sani lagi sibuk apa sih, kok beberapa hari ini gak kelihatan di depan kita?” giliran Luna yang bertanya.
            “Aku juga nggak tahu Lun, kayaknya emang sibuk banget.”
            “Emang dia nggak pamit sama kamu gitu, kan kamu biasanya yang anter jemput dia” kata Doni.
            “Sayangnya enggak, pas aku jemput di kossnya dia udah berangkat. Ya udah deh, aku nggak pernah ke kossnya lagi.”
            “Sebenernya ada apa sih sama tu anak, kenapa gak pernah muncul. Apa jangan-jangan dia punya pacar kali ya. Wah, kita harus minta pajak tuh kalau sampai bener” ucap Erick yang langsung menohok hatiku.
            “Heh, punya pacar. Masak sih, aku kira dia malah bakal sama kamu Go” kata Luna
“Aku bersama dengannya bukan berarti kami ada hubungan, ya mungkin aja dia sudah punya pacar sekarang” ucapku datar, tetapi wajahku ku buat senang.

Makan siang pun selesai, dan aku kembali masuk kelas kuliahku. Langit sudah gelap ketika aku menyudahi kuliahku hari ini. Memang jadwal kuliah yang sangat padat, dan melelahkan. Saat aku berjalan ke parkiran, aku melihat Sani dengan laki-laki yang beberapa hari lalu kulihat bersamanya. Sani nampak senang dan seperti tidak melupakan sesuatu. Maksudku adalah melupakan teman-temannya. Sudahlah aku tak mau memikirkannya.
Kulajukan sepeda motorku melewatinya dan tersenyum kepadanya. Ia melihatku, sungguh ia melihatku dan membalas senyumanku. Tetapi tatapannya langsung kembali ke laki-laki itu. Lega sebenarnya dia masih mau tersenyum padaku, tetapi tetap saja rasanya dia sudah jauh walau ada di depan mataku.
Setibanya di tempat kos, aku membuka laci dan mengambil kertas berisi lirik dan notasi lagu. Ya, lagu yang aku buat untuk kami waktu itu. Lagu yang belum memiliki judul. Mungkin aku bukan lelaki sejati yang hanya bisa memandangi dan merasakan namun tak dapat mengungkapkan. Aku terlalu bodoh dan egois, dan menanggung segalanya sendiri.
Tak terasa mataku terpejam dan tertidur. Bahkan dalam tidurku pun dia masih setia hadir. Aku belum lama mengenalnya, tetapi mengapa perasaanku bisa sebesar ini. Jujur ini bukan kali pertama aku menyukai lawan jenisku. Sudah berkali-kali aku merasakannya, dan tidak pernah sampai seperti ini. Aku juga pernah sakit hati, tapi tidak sesakit ini. Aku memang bukan laki-laki yang kuat kali ini.
Senja hadir saat mataku terbuka, rasa yang mengganjal dalam hatiku susah sedikit hilang. Aku lebih tenang sekarang. Mengerjakan tugas kuliah memang membuatku lupa sesaat tentangnya. Tugas-tugas yang mau tidak mau di tulis tangan, dosen satu itu memang sangat merepotkan. Dan lumayan membantu melupakannya sesaat.

Kampus hari ini sangat ramai, ya ada event dari fakultas sastra yang di adakan aula fakultasku. Semua mahasiswa dari fakultas lain juga ada di sini. Banyak lomba yang di gelar yang semua berhubungan dengan sastra dan bahasa. Aku tidak mengikuti perlombaan tersebut, hanya sebagai penonton saja. Karena aku mahasiswa awal semester.
Lomba menyanyi yang kali ini sedang berlangsung. Salah satu mahasiswa dari  sastra Jepang yang sedang bernyanyi, tentunya bernyanyi dengan bahasa Jepang. Cantik, sangat cantik dan suaranya pun sangat bagus. Namun menurutku Sani lebih cantik. Lagu yang dinyanyikannya pun telah berakhir, aku memberikan tepuk tanganku untuk penampilannya.
Gadis itu, dia yang tadi bernyanyi berjalan ke arahku dengan membawa dua kaleng minuman bersoda.
“Hai, apa kamu sendirian aja?” Gadis itu bertanya sambil duduk di sebelahku.
“Seperti yang kamu lihat” jawabku datar.
“Aku Marissa, kulihat dari tadi aku bernyanyi kamu terus memandangku. Apa kamu menyukai penampilanku?” Sungguh sebenarnya aku tidak nyaman dengan kehadirannya, namun aku berusaha untuk terlihat biasa saja”
“Penampilanmu bagus”
“Hanya itu?”
“Apa yang harus aku jawab lagi?”
“Hem, tidak ada sih. Ini aku bawakan minuman untukmu.”
“Terima kasih” ucapku sambil mengambil kaleng minuman itu.
“Sepertinya aku sudah pernah melihatmu sebelumnya, kamu anak jurusan apa?”
“Oh ya. Aku, sastra Jerman” obrolan yang agak canggung sebenarnya, tetapi aku mencoba tak peduli. Meski sikapnya yang sok kenal padaku sangat mengganggu.
“Ternyata kamu anak sastra juga, berarti tak salah jika aku sudah pernah melihatmu. Kamu yang selalu mengantar Sani kan?” Sani? Dia kenal Sani?
“Kamu kenal Sani? Diakan bukan anak sastra”
“Aku nggak kenal sih, tapi siapa yang nggal kenal Sani di kampus kita ini??”
“Maksudmu?” aku memandangnya bingung
“Sani, mahasiswi pintar dan berbakat. Cantik dan banyak disukai cowok di kampus ini. Dan satu lagi yang sedang jadi bahan pembicaraan hangat di kampus ini”
“Apa?”
“Sani katanya sedang dekat dengan salah satu model kampus kita yang nggak kah pintar dan berbakat dengan Sani. Banyak yang bilang mereka cocok.”
“Jadi dia mahasiswa teladan juga”
“Oh, rupanya kamu belum tahu berita satu ini. Bukankah kamu dekat dengan Sani?”
“Aku tahu” aku sudah sangat sebal dengan gadis ini dan aku hendak pergi menuju tempat teman-temanku berada. “Aku pergi” kataku sambil melangkah pergi.

Kantin kampus benar-benar ramai, namun aku tahu mereka pasti ada di sini. Meja paling pojok yang menjadi langganan kami memang sudah penuh dengan teman-temanku dan….. Sani. Tunggu masih ada satu yang tidak biasanya ada di sana, ya laki-laki yang biasa dengan Sani. Masa bodoh, aku tetap berjalan menuju meja itu, dan langsung duduk di bangku yang kosong.
“Weh, Go. Dari mana aja kamu?” Tanya Erick.
“Lihat lomba nyanyi” jawabku datar.
“Oh, eh ini kenalkan temanku namanya Leo” kata Sani padaku sambil menunjuk teman laki-laki yang ada di sebelahnya. Ternyata namanya Leo. “Dan Leo ini Igo yang biasanya mengantarku” kata Sani menunjukku. Kutunjukkan senyum di wajahku sebagai tanda perkenalan kami. Dari yang aku lihat, Leo bukan orang yang tidak baik. Jadi pantas saja Sani betah bersamanya.
Aku memang cemburu kepadanya, tetapi Leo tak pantas menjadi orang yang harus di salahkan. Ini karena aku yang terlalu memiliki harapan besar terhadap Sani, dan tidak mau menerima kenyataan. Dan satu kenyataan bahwa Sani yang terlalu sibuk sehingga membalas smsku saja tidak.
“Go, kamu mau pesen makan apa?” tanya Luna yang menyadarkanku dari lamunan singkatku.
“Aku mie ayam aja, kasih potongan cabe ya!” pintaku. Luna berjalan memesan makanan ku dan teman-teman yang sudah duluan di tanya saat aku melamun.
“Sebernernya kamu lagi sibuk apa sih San, sampe beberapa hari ini nggak nemuin kita” tanya Doni.
Kan aku ikut klub dance sama Leo, dan pelatih kami menyuruh kami untuk menari untuk pementasan klub kampus yang bentar lagi dilaksanakan. Kalian tahu itu kan?” Jadi mereka hanya teman satu klub, dan aku yang terlalu berlebihan mengartikan kedekatan mereka.
“Wah, aku kan nggak ikut klub apa-apa jadi ya nggak tahu” jawab Erick.
“Oh, jadi kamu ikut klub dance. Kok kita bisa nggak tahu sih.” Kata Doni
“Sebenernya belum lama aku ikut, tapi udah langsung di suruh buat ngisi acara itu. Dan pasangan sama Leo yang udah lebih jago.” Jelas Sani.
“Kalian ngobrol apaan sih” ucap Luna sambil membawa nampan berisi pesanan kami.
“Ini lo Lun, tentang aku sama Leo”
“Kamu sama Leo?? Emang ada apa kamu sama Leo? Kalian jadian ? jadi selama ini kamu nggak muncul di depan kita itu karena udah punya pacar. Wah bener dong kata Igo.” Ucap Luna asal.
“Nggak gitu Lun, aku sama Leo nggak pacaran. Kami Cuma jadi pasangan nari buat pementasan klub kampus.”
“Sejak kapan kamu ikut klub tari, nggak cerita-cerita nih”
“Sejak jaman bahola” ucap Doni
“Eh, yang aku tanya Sani, bukan kamu Don!” Luna terlihat kesal dengan sikap Doni.
“Salah sendiri tadi pergi, Sani udah jelasin ke kita masa suruh jelasin ke kamu lagi” kata Erick.
“Udah baik-baik beliin makanan buat kalian juga.” Aku tertawa melihat pertengkaran di depan ku ini, jujur saja mereka membuatku lupa tentang apa yang aku rasakan. “Igo, ngapain ketawa!” bentak Luna, aku langsung diam dan menyantap mie ayam ku.

Pelatih klub musik menyuruh anggota klub musik untuk berkumpul, dan sudah kutebak mengapa kami di kumpulkan. Pementasan klub kampus yang akan dilaksanakanlah yang membuat aku berkumpul. Dalam pembicaraan kali ini disepakati bahwa aku yang akan mewakili klub musik untuk tampil solo. Sedangkan teman-teman lain tampil dalam kelompok.
Aku mempersiapkan satu lagu dan mulai melatihnya setiap hari dengan piano. Meski waktuku latihan tidak banyak tetapi aku tetap mengusahakannya. Dengan kesibukan baruku ini aku menjadi jarang berkumpul dengan teman-teman dan tak pernah bertemu dengan Sani. Aku merindukan dia. Jujur.
Aku memang sempat melihat Sani, saat itu dia sedang berlatih tarian bersama Leo. Mereka terlihat sangat akrab. Tapi dia tak melihatku. Kata beberapa temanku saat ini mereka memiliki hubungan lebih, terlihat dari kedekatan mereka yang memang semakin dekat. Hem, sebenarnya aku ingin tak peduli namun perasaanku tak bisa berbohong.

Perjalanan pulangku ke kos melewati sebuah taman, disana aku melihat Leo dan Sani.  Ini sudah jam 11 malam, apa yang mereka lakukan di taman ini. Aku memelankan motorku sambil memperhatikan mereka. Tiba-tiba Leo mencium pipi Sani, jadi mereka memang sudah berpacaran. Kenapa hati ini menjadi sesak, aku memacu motorku ke tempas kosku. Dengan perasaan yang sesak ini aku membaringkan tubuhku di atas kasur.
Mataku terasa panas, dan dadaku pun sesak. Bukankah kedekatan mereka sudah begitu lama, tetapi kenapa aku belum bisa menerima itu. Ku buka laci dan mengambil lirik lagu yang aku buat waktu itu. Kupandangi kertas yang memang sudah lecek itu. Kurasakan hpku bergetar, sms dari Marissa yang sudah sering aku terima malam-malan begini.
            Akhir-akhir ini Marissa semakin mendekatiku, dan entah dari siapa dia mendapat nomorku. Sms darinya memang selalu aku balas, dan hanya berperasaan sebagai teman tak lebih.
 From Marissa:
            Hai Go, selamat tidur ya. Aku tahu kamu pasti capek banget hari ini. Cepet tidur dan nggak usah mikir macem-macem. OK
To Marissa:
            Thx ya.
           
            Setidaknya ada yang menyemangatiku setiap hari.

Jumat, 04 Mei 2012

Secret Prince

Pagi ini udara Jogja sangat dingin, tetapi itu tak membuat aku malas untuk bangun. Aku berpikir hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan, karena sekolahku hanya berisi angkatanku saja. Tak banyak berpikir lagi, aku segera memulai aktivitasku pagi hari. Mulai dari berdoa pagi, baca renungan, dan menata buku. Setelah di rasa tidak ada yang kurang, baru aku keluar dari kamar. Kegiatanku selanjutnya adalah makan pagi, aku memang lebih suka untuk makan dulu baru mandi. Setelah makan, aku mengambil baju yang akan ku pakai pada hari ini. Kemudian menuju kamar mandi.
Aku sudah siap sekarang, dengan baju batik yang selalu kupakai pada hari Jum'at aku siap ke sekolah. Setiap hari aku berangkat naik sepeda motor. Meskipun pagi ini langit sedang mendung, tetapi aku masih tetap semangat. Aku menyusuri setiap jalan yang akan membawaku ke sekolah, dan menikmati perjalanan yang hanya kurang lebih lima belas menit ini.
Kira-kira hampir pukul tujuh aku tiba di sekolahku tercinta, di perjalanan pikiranku tak bisa berhenti memikirkan seseorang. Dan saat aku turun di depan gerbang sekolah, aku sangat beruntung. Dia orang yang kupikirkan juga baru saja datang dengan motornya. Aku berlari masuk ke dalam agar tak kehilangan jejaknya, namun aku tak dapat melihatnya lagi setelah ia berjalan masuk menuju kelasnya.
Kunaiki tangga dengan langkah besar, berharap dapat melihatnya dari atas. Namun tetap saja tak bisa kulihat lagi. Tetapi aku tetap senang, karena pagi ini aku bisa melihatnya. Aku berlajan masuk ke dalam kelas sambil tersenyum. Setelah menaruh tas di bangku ku, aku menghampiri temanku yang berada di luar. Aku memandang ke arah pohon beringin di sekolahku masih dengan senyum di bibirku. Kelasku yang berada di atas semakin membuat aku merasakan hawa dingin pagi ini. Aku sesekali melirik ke arah kelasnya yang ada di bawah, namun tak ku dapatinya.
"Kamu kenapa kok senyum-senyum" tanya temanku heran.
"Aku nggak papa" jawabku masih dengan senyum.
"Kalau kamu nggak papa, tapi senyum-senyum orang malah aneh lihatnya. tar dikira kamu gila lo"
"Alasan kenapa aku tersenyum hanya aku yang tahu, dan mungkin dia"
"dan juga Tuhan" kata temanku menambahi jawabanku.
"Biarkan apa yang aku rasakan hanya menjadi rahasiaku saja" Kataku, kemudian masuk ke kelas.

Ini bukan perasaan suka, hanya sebatas ingin mengenalnya lebih dekat. Setelah sering bertemu untuk beberapa saat.

Sabtu, 21 Januari 2012

Harmonisasi Cinta

Repertoar Tak Berjudul

Sudah beberapa hari ini aku membantu Sani mengajar, anak-anak yang sekolah di sana sangat lucu-lucu. Banyak hal yang aku dapat saat mengajar di sana, anak-anak dengan berbagai macam kepribadian mampu membuat ku berinstropeksi tentang diriku. mereka benar-benar mengajariku arti kehidupan. Hari ini aku kembali menemani Sani mengajar, begitu sampai di tempat aku dan Sani langsung disambut teriakan anak-anak yang lucu itu. Aku mulai mengajar bahasa Inggris, mereka sangat senang hari ini. Sepertinya mereka tidak pernah kehabisan semangat dalam menjalani hidup. Sekarang hal ini menjadi aktivitas sehari-hari ku selain pergi ke kampus.
Jadwal mengajar ku hari ini sudah selesai, aku dan Sani segera menuju ke kampus agar tidak terlambat. Sekarang Sani sudah terbiasa pulang pergi kampus bersama ku, tak ada lagi kata canggung saat di atas motor ku. Hubungan ku dengan Sani semakin hari semakin dekat, dan sepertinya Sani menikmati itu. 
"San, udah sampai kampus nih, nanti kamu selesai kampus jam berapa?" tanya ku setelah sampai di parkiran kampus.
"ehm, makasih ya. kayaknya aku sampai sore, jadi nggak usah nungguin aku. kamu pulang duluan aja." jawab Sani
"yakin?? kalau aku bisa nunggu, aku tunggu deh." kataku
"ok deh, da..." jawab Sani
Setelah mendengar jawaban dari Sani, aku langsung menuju kelasku. Saat masuk kelas aku tersenyum lebar, ya karena aku memang sangat senang. Teman-teman ku hanya bisa heran melihat tingkahku yang tidak seperti biasanya ini.
*
Semua kelas kuliahku hari ini sudah selesai, karena aku yang mengantar Sani pulang jadi aku harus menunggu dia selesai kuliah. Sekarang jam di tangan ku menunjukkan pukul dua siang. Mungkin masih agak lama Sani keluat dari kelasnya, jadi aku memutuskan untuk menunggu di ruang musik yang sering aku kunjungi karena aku anggota dari klub musik di kampus ini. Ternyata di ruang musik tidak ada orang, jadi aku lebih bebas untuk melakukan apapun. Aku mengambil gitar yang ada di pojok ruangan ini, aku memainkan beberapa lagu dan menyanyikannya. Tiba-tiba aku terpikir untuk membuat sebuah lagu, ya sudah lama aku tidak menulis lagu. Kebetulan aku mendapat inspirasi membuat lagu tentang cinta, mungkin karena aku sedang menyukai Sani. Sudah beberapa baris lirik yang kutulis, tiba-tiba hpku bergetar.
From Sani :
Aku sudah selesai, kamu ada di mana ya? biar aku yang ke sana.
To Sani :
Aku di ruang musik. ok aku tunggu di sini.
Sambil menunggu Sani datang, aku melanjutkan menulis lirik lagu. Tidak lama, aku mendengar suara pintu terbuka. Ternyata Sani cepat sekali datangnya.
"kamu sedang apa di sini, sepertinya aku tak pernah dengan kamu ikut klub musik?" tanya Sani
"aku ikut klub musik, wah kamu ini ketinggalan berita" jawabku
"ow, aku baru tahu. wah berarti kamu bisa main musik dong, coba tunjukkan!" suruhnya
"wah, main lagu apa ya?" tanya ku
"terserah kamu, yang sering kamu mainkan aja" suruhnya lagi
"oh deh" jawabku sambil memainkan lagu

When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile

The whole world stops and stares for a while
'Cause girl you're amazing
Just the way you are



"wah.... bagus banget mainnya." kata Sani sambil bertepuk tangan setelah aku menghentikan permainanku
"ah. biasa aja kog. nggak ada yang bagus. eh pulang yuk. kamu pasti capek kan? " kata ku
"ah. pokoknya bagus. wah, padahal masih pingin denger kamu nyanyi. tapi ya udah deh." jawabnya sambil melangkah ke luar. aku juga mengikutinya sambil memasukan kertas berisi lirik lagu ku, tiba-tiba Sani menoleh ke arah ku dan melihat kertas yang ku bawa.
"apa itu ?  boleh aku tahu ?" tanya nya

"oh ini lirik lagu." jawabku
"lirik lagu? lagunya siapa? sini lihat!" tanyanya lagi sambil mengambil kertas itu dari tangan ku
"ah... itu lagu buatan ku, tapi belum selesai" jawabku malu
"wah, selain bisa main musik. ternyata kamu juga bisa buat lirik lagu. eh ini liriknya tentang orang jatuh cinta ya. aku pernah denger, lagu itu bisa ngungkapin perasaan yang buat lho. Jangan-jangan kamu lagi jatuh cinta ya? hayo sama siapa? Digo nggak pernah cerita ya sama aku." kata Sani
Kata-kata yang ia lontarkan benar-benar mengagetkan ku. Bagaimana aku memberitahumu kalau orang itu kamu.
"ah iya. ada deh. nanti kamu juga tahu." jawabku sedikit gugup.
"eh tapi belum ada judulnya ya? kira-kira kamu mau kasih judul apa?" tanyanya lagi
"aku belum tahu. kalau kamu mau, kamu bisa bantu aku kasih judul lagu itu. tapi kalau aku sudah selesai menulisnya." jawabku. Entah kekuatan dari mana yang mendorongku untuk mengatakan itu.
"wah. benar kah, kalau begitu aku tunggu semua lirikmu jadi" katanya
Sungguh tak kusangka dia akan menjawab seperti itu. Aku mengantar Sani pulang, dan setelah sampai kosku aku langsung menyelesaikan lirik laguku dan nada lagu itu.
*
Pagi ini aku merasa sangat bersemangat, aku ingin segera bertemu dengan Sani. Lirik laguku sudah selesai, dan aku ingin minta pendapatnya, meminta judul yang pas untuk lagu ini. Dari bangun tidur tadi, tak henti-hentinya aku tersenyum. Mungkin orang-orang yang melihatku pagi ini, sudah mengira aku orang gila. Aku berangkat ke kampus lebih pagi dari jadwal kuliahku, karena Sani masuk lebih dulu dari aku. Aku sudah hafal jadwal Sani, karena aku biasa mengantarnya. Namun hari ini dia memintaku untuk tidak mengantarnya, aku tidak tahu kenapa. Aku sudah di kampus sekarang, dari tadi mataku mencari-cari sosok Sani. Biasanya dia ada di dekat sini sebelum masuk kelas, atau mungkin dia sudah masuk ke kelasnya. Lebih baik aku sms Sani saja.
To Sani :
Kamu ada di mana? apa bisa ketemu hari ini? ada yang mau aku tunjukan nih.
Tapi pesan itu tak dibalas olehnya, padahal biasanya dia langsung membalas pesan dari teman-temannya dengan cepat. Ada apa dengan dia hari ini, kenapa jadi aneh. Lebih baik aku masuk ke kelas sekarang dan nanti setelah kelas ini aku mencari Sani lagi. Selama di kelas, entah kenapa aku jadi tidak bisa fokus. Aku terus bertanya-tanya di mana Sani, kenapa dia tidak bilang padaku. Aku tahu, aku hanya teman yang baru ia kenal beberapa bulan yang lalu. Tetapi dia tak pernah seperti ini sebelumnya.
Selesai kelas, aku kembali mencari Sani, aku coba bertanya pada teman-teman kelasnya. Mereka bilang Sani langsung pergi setelah selesai kelas paginya, tapi tak ada yang tahu Sani ada di mana. Aku memutuskan pergi ke kantin, karena aku lapar setelah mencari-cari Sani. Di kantin aku bertemu teman-temanku, mungkin mereka tahu Sani ada di mana.
"Luna, kamu tahu Sani ada di mana nggak ? seharian ini aku nyari dia nggak ketemu" tanyaku pada Luna
"hah, kamu nggak salah tanya aku, bukannya biasanya dia sama kamu ya?" jawab Luna
"ia sih, tapi hari ini dia nggak bareng aku." kataku
"lha terus kamu ada apa nyari dia? kangen?" tanya Doni yang mengagetkanku, tidak mungkin kalau aku jujur.
"ah, itu. aku ada urusan. maka itu aku cari Sani. masa sih kalian nggak ada yang tahu atau lihat dia di mana gitu tadi? kata ku berharap
"tadi sih aku lihat dia di taman sebelah situ sebelum ke sini. tapi itu udah dari tadi, kan aku udah lama di sininya." jawab Erick sambil menunjuk taman yang tidak jauh dari kantin.
"oh. ok deh makasih. aku bakal nyari dia di sekitar situ." kata ku.
Aku berjalan menuju taman yang ditunjuk Erick tadi. Aku mencari-cari sosok Sani tetapi susah, karena di taman ini banyak sekali mahasiswa yang berkeliaran. Setelah beberapa menit, akhirnya aku menemukan sosok Sani yang sedang duduk di salah satu kursi taman ini.
"Sani....." panggil ku, tapi sepertinya dia tidak mendengarnya. Aku mendekat ke arahnya dan mengeluarkan kertas berisi lirik lagu yang aku tulis. Ku panggil sekali lagi Sani.

"Sani..." ia sepertinya mendengar panggilanku, matanya tampak mencari-cari sosok ku. kulambaikan tangan ku, mempermudah Sani menemukanku. Namun tak lama, datang laki-laki bertubuh tinggi, putih, dan wajahnya lumayan tampan mendekati Sani sambil membawa dua minuman kaleng. Dan sekarang laki-laki itu duduk di sebelah Sani sambil menyampirkan tangannya di pundak Sani. Siapa laki-laki itu, mengapa ia begitu dekat dengan Sani, mengapa Sani terlihat sangat senang. Aku belum pernah melihat Sani sesenang ini, aku mematung di tempat aku berdiri. Sampai dua sosok yang aku perhatikan pergi sambil bergandengan tangan mesra. Kertas berisi lirik yang aku genggam kini sudah kusut, karena cengkraman tangan ku yang kuat akibat menahan emosi.
Aku pulang ke kos ku dengan perasaan marah, sedih dan bingung. Sungguh aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Seharusnya hatiku tak berhak untuk seperti ini, dia hanya temanku bukan pacarku. Dia berhak memilih siapa pun yang dia suka. Aku seharusnya tidak seperti ini, tetapi aku tidak bisa menahannya. Aku tidak bisa mengkontrolnya, benar-benar Igo yang payah. Dari aku melihat Sani sampai malam ini, aku hanya terlarut dalam kesedihanku.


Lagu Tak Berjudul
by Igo


Matahari pagi yang bersinar, itu seperti kamu.
Kau cahaya yang selalu membangunkan tidurku.
Mungkin ini seperti anak kecil, tapi aku menyukainya.
Ketika mata kita bertemu, aku tak punya keinginan lain.
Aku hanya ingin melihatmu


Gadis, aku mencintaimu. Sungguh mencintaimu.
Dari awal kita bertemu, di taman yang indah itu.
Senyuman khas bidadari yang tunjukkan
Selalu membuat hati yang sepi ini menjadi ramai
Ratusan kembang api, seperti menyala dalam hatiku dan dadaku.


reff:
Aku ingin bicara padamu
Hanya sekali saja
Aku mohon kau dengarkan aku dengan serius
Aku mencintaimu, sungguh mencintaimu gadis
Kau adalah satu-satunya
Kau adalah segalanya


Aku tak akan tahu, bagaimana hidupku tanpa dirimu
Mungkin hatiku akan merasa kesepian
Cintaku padamu takkan berubah
Bisakah kau disisiku
Menjadi pacarku
Aku mencintaimu gadis.


NB : (lyrics by Adiana Nayogyani. Inspiration from Hana-SHINee and Boyfriend-Boyfriend)