Tinggalkan jejak anda melalui komentar

Kamis, 30 Juni 2011

Pohon Jambu

Pohon jambu depan rumahku selalu jadi teman, ketika aku menunggu dia. Menunggu harapan yang tak tahu kapan akan datang. Setiap hari aku selalu duduk didahannya yang kokoh, sambil melihat ke arah jalan yang biasa ia lewati. Sudah satu tahun aku melakukan ini, menunggu dia yang tak kunjung datang.
Apakah ia masih mengingatku ? Apakah ia masih ingat janji yang kita buat. Kemana ia pergi, kenapa ia belum kembali ? Kini aku teringat ketika pertama kali bertemu dengannya, senyumnya yang manis membuat jantungku berdegup kencang. Matanya yang indah memancarkan kebaikan, yang dapat membuaku terpana dan terpesona.
Namun apakah saat ini senyumannya masih tetap manis, dan matanya masih tetap memancarkan kebaikan untukku. Hobinya bermain futsal yang selalu kudukung apakah masih ia gemari ? Aku juga teringat saat kami pernah duduk di pinggir danau sambil berdialog. Kami berbicara banyak waktu itu, yang aku ingat jelas ia membicarakan tentang cita-citanya yang ingin menjadi seorang guru dan mendirikan sekolah bagi anak-anak tak mampu. Apakah saat ini cita-citanya sudah tercapai ? Apakah sekolah itu sudah ia buat ?
Kenangan itu memang selalu muncul saat aku menunggunya kembali. Terakhir kali aku dan dia bertemu, ia hanya berkata jika ia akan pergi sebentar dan akan kembali satu bulan kemudian. Tapi kini sudah lebih dari satu bulan, dan ia belu kembali. Jika ia sudah sukses dan cita-citanya sudah tercapai, aku senang. Tapi apakah karena kesuksesannya ia tidak kembali. Orang-orang disekitarku sering membicarakannya dan kesuksesannya. Apakah aku harus percaya bahwa itu dia ?
Dibalik lamunanku, aku mendengar suara sepeda motor yang tak asing bagiku. Seperti suara sepeda motornya, ya memang benar itu suara sepeda motornya. Akhirnya setelah sekian lama aku menunggunya dia datang. Senyuman dan tatapan matanya masih tetap sama, masih tetap mempesona. Ia mengusap rambutku dan memelukku, air mataku kini membasahi baju bewarna biru yang kini ia kenakan. Ia juga mencium keningku, meraba wajahku dan kita duduk di dahan pohon jambu tempat aku duduk tadi.
Senyum di wajahku, dan kesenanganku tak ingin kusembunyikan darinya. Biarkan dia melihat kebahagiaanku saat ini, kebahagiaan atas kehadirannya. Ia terus-menerus mengusap-usap rambutku sambil setengah merangkulku. Aku ingin berkata padanya, tetapi aku masih susah untuk berbicara. Aku kerahkan seluruh kekuatanku dan aku pusatkan di bibirku. Dan aku dapat berkata padanya.
"Terima kasih kau telah kembali".
Ia memelukku dan mencium keningku lagi.
Setelah duduk cukup lama dengannya, ia mengajakku pergi ke tempat di mana ia berada selama ini. Sungguh kaget diriku ketika melihat sebuah sekolah yang di dalamnya terdapat anak-anak kurang mampu. Jadi ia pergi memang untuk mencapi cita-citanya. Bangunan sekolah itu tidak terlalu megah, sangat sederhana, tetapi di dalamnya terdapat semangat dari anak-anak yang ingin sekolah. Rasa penasaranku selama satu tahun ini pun terjawab, pengorbanannya sangat besar bagi anak-anak itu. Anak-anak itu pun tampak sangat akrab dengannya, cara mengajarnya yang serius tapi santai membuat anak-anak begitu nyaman bersekolah.
sambil menunggu dia selesai mengajar, aku melihat-lihat sekitar sekolah. Dalam pandanganku aku melihat pohon jambu yang sangat koko, langkah kakiku mengajak seluruh tubuhku menuju pohon jambu itu. Sungguh segar dan teduh berdiri di bawah pohon jambu ini. Memang pohon ini bukan pohon jambu yang ada di depan rumahku, bukan tempat aku menunggu selama ini. Tetapi rasa yang aku dapatkan sama yaitu rasa damai.
Akhirnya dia pun selesai mengajar anak-anak itu. Ia menghampiriku di dekat pohon jambu itu. Dia bercerita bahwa ia yang menanam pohon jambu itu setahun yang lalu. Ia menanamnya karena aku suka berteduh di bawah pohon jambu dan agar ia terus mengingatku. Aku tersenyum malu mendengar ceritanya, ternyata dia selalu mengingatku selama ia pergi. Aku menyesal karena telah berpikiran buruk tentang dia selama ini. Ia kembali mengajakku pergi. Kali ini ia mengajakku ke bukit dekat sekolah. Ia memberiku benih pohon jambu dan kita menanam benih pohon jambu itu bersama. Menanamnya bersama dengan harapan-harapan akan hubungan kami, yang akan selalu kami jaga dan kami siram agar tumbuh menjadi sebuah pohon yang kokoh dan harapan kami akan menjadi kenyataan. Di bukit itu juga kami menghabiskan hari bersama dengan kebahagiaan.
 

Kamis, 23 Juni 2011

Saat Terakhir Bersamanya

sore telah tiba, tapi Rani belum beranjak dari tempat duduknya di kelas. tak tahu apa yang akan ia lakukan sendirian di kelas itu, kelas dan sekolah yang sudah sepi seperti hanya ada Rani di situ. Rani yang sedari tadi memegang HP di tangannya terus melihatnya, di pencet2 tombol HPnya berkali-kali untuk sms atau mencoba menelepon. wajahnya juga tampak gelisah dan sebal. sekitar jam 5 sore ada seorang lelaki yang datang ke kelas itu dengan rasa bersalah. lelaki itu adalah Dave yang ternyata pacarnya Rani yang sedari tadi ditunggu. Rani dengan wajah sebalnya langsung ngomel2 saat Dave datang.
"kenapa lama banget sih, aku kan udah nunggu dari tadi, kemana HP mu? di sms g bales, d telpon g di angkat! apa kamu lupa sama janji mu?"
"aku nggak lupa kog, ada alasannya aku telat,"
"nggak usah banyak alasan de, bilang aja kmu lupa, aku udah nunggu 3 jam di sini dan sendiri!"
"maaf, tadi tiba2 mama aku minta jemput."
"ow. trs knp gak bilang, apa gunanya HP"
"tadi HP q mati. mkanya aku g bsa ksi tw kamu"
"kan bsa pnjem sapa gt bwt kasi tau"
"udah, tp aku g bsa hub kamu, aku telpon selalu nada sibuk"
"ya deh. tp jngan d ulang lg"

kemudian mereka pergi ke sebuah tempat yang sangat indah, mereka pergi ke taman yang dihiasi cahaya lampu yang terlihat indah pada malam hari. mereka di taman itu hingga malam. mereka berbicara dan tertawa dengan bahagia.
keesokannya Dave mengajak Rani untuk pergi bersama seharian. dari pagi hingga malam.
"aku senang hari ini, makasih ya Dave"
"ia Rani, kalau aku g ada kamu jangan nakal ya"
"maksudnya apa sih, kamu mau kemana?"
"ya mungkin suatu saat nanti"
"apa sih kamu, jangan ngmong gt donk"
"ya kan cuma berandai, aku sayang banget sma kamu"
"aku juga sayang banget ma kamu"
"kita pulang yuk udah malem"
"ok"

sepanjang perjalanan pulang Rani dan Dave terus berbicara. hingga akhirnya sampai di rumah Rani.
"makasih Rani udah mw nmenim aku hri ini, dah mw hbiskan waktu sama aku"
"ia Dave, aku juga makasih"
"aku plng dlu ya, jga drimu baik2, jgn nakal, nurut ma ortu, pkok ati2 ya"
"kamu tu kyk mw kmana aja"
"kan mau plng, msa d nshti g mw"
"ia2 aku bkal nrut."
"aku plng ya"
"ia, da"

saat Dave menuju rumahnya tiba2 ia mengalami kecelakaan hebat hingga tak sadarkan diri. Rani yang dikabari setelah kejadian pun kaget dan langsung menuju RS tempat Dave dirawat.
"Dave, kamu knp? ayo bangun donk, jgn ninggalin aku, aku sayang sama kamu, kalau kamu syang aku sadar Dave"
Rani tak sadar telah meneteskan air mata dan tak bisa berhenti menangis
"maafin aku Dave, kalau kmarn aku marah2 sma kamu. aku g brmksud g prcya, tpi aku kwatir sma kamu, maaf Dave, ayo sadar"
tak lama kemudian Dave pergi untuk slamanya, Rani tak bisa menahan rasa sedihnya. ia terus menangis dan blm bisa menerima kenyataan bahwa Dave sudah tiada.

End


Selasa, 21 Juni 2011

Bangku Taman Itu

matahari belum terlihat sinarnya, keramaian masih bersembunyi, tapi seorang anak gadis sudah terbangun dari tidurnya. entah apa yang akan ia lakukan di pagi buta ini. kaki kecilnya pun turun dari kasur dan mulai melangkah, terus melangkah meninggalkan kamarnya. ia lalu menuju kamar orang tuanya yang masih tertidur pulas. gadis itu mencium kening orang tuanya dan keluar. kemudian kaki kecilnya melangkah lagi hingga meninggalkan rumahnya. kini ia melangkah di tengah kesepian pagi, ia melangkah pergi menuju sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya. gadis itu lalu duduk disebuah kursi besi yang terdapat di pinggir taman. kursi itu dingin karena udara malam. tapi gadis itu tetap saja duduk dengan nyaman.
gadis itu hanya duduk diam tenang, dengan muka yang sedikit sedih. entah apa yang sedang ia pikirkan.

matahari sudah mulai terbit, keramaian sudah mulai terlihat. gadis ini masih tetap duduk tenang di bangku taman. seorang anak laki-laki yang sedang berjalan melihatnya dan mendatanginya. anak laki-laki ini melihat gadis itu dari dekat dengan muka kebingungan. lalu anak laki-laki ini bertanya pada gadis itu.
"sedang apa kamu di sini pagi-pagi begini?"
gadis ini diam saja, dan anak laki-laki ini kembali bertanya.
"hey, kamu sedang apa? kenapa kamu diam saja"
lalu gadis ini menjawab.
"aku sedang duduk, apa kau tak melihatnya?"
"aku tahu kamu sedang duduk, tapi apa yang kamu lakukan di taman ini? ini kan masih pagi sekali?"tanya anak laki-laki ini dengan lebih sabar.
"aku ingin menyendiri saja, aku ingin merenung"
"kalau boleh tahu, memangnya kau sedang ada masalah?"
"mungkin bisa dibilang begitu"
"kalau kau mau cerita, apa masalahmu?"
"aku dan keluargaku mau pindah dari sini"
"mau pindah kemana?"
"aku juga tak tahu, dan aku juga tak mau"
"kenapa?"
"karena aku harus meninggalkan teman-teman ku, terutama kamu"
"aku? bukannya kita tidak dekat"
"ia, kita memang tidak dekat, tapi aku selalu memperhatikan kamu"
"memperhatikanku? memang kenapa dengan aku?"
"kamu itu orang yang baik, kamu selalu membantu orang lain yang membutuhkan"
"karna itu. kapan kamu akan pindah?"
"besok pagi, tolong bawa aku pergi agar aku tak ikut pindah!" 
"aku tidak bisa, kalau orang tua mu mencari bagaimana?"
"biarkan saja, aku tak mau pindah kog."
"kalau alasanmu pindah karna tak mau berpisah dengan teman-teman dan juga aku, kamu kan bisa kemari kapan pun kamu bisa?"
"ya kalau aku diperbolehkan, kalau tidak"
"aku yakin orang tuamu pasti memperbolehkan mu, mereka kan selalu baik dengan teman-teman"
"ia ya."
"jangan sedih lagi ya, sekarang kamu pulang sebelum orang tuamu meencarimu"
"terima kasih ya"
"ia sama-sama teman" jawab laki-laki itu dengan senang.

lalu gadis ini pun pulang. dan hari kepindahannya pundatang, semua teman-temannya mengucapkan selamat tinggal. tak lupa juga anak laki-laki itu. dia juga memberikan sesuatu pada gadis ini. dan memohon untuk datang ke taman itu lagi kalau dia bisa.

bertahun-tahun berlalu, tetapi gadis kecil yang kini sudah menjadi seorang gadis remaja yang cantik tidak pernah datng ke taman itu. anak laki-laki yang juga sudah menjadi remaja yang tampan selalu menunggu gadis itu dari awal gadis itu pindah hingga saat ini. tapi penantian laki-laki ini terhadap gadis itu tak sia-sia. gadis itu datang walau sudah lama tak ke taman itu. laki-laki ini sedikit lupa dengan gadis itu karena gadis itu sangat cantik. gadis itu juga sedikit lupa dengan laki-laki itu.
lalu gadis itu mulai berbicara dengan laki-laki itu.
"hai, apa kabar mu, maaf jika aku tak pernah ke sini"
"hai, aku baik-baik saja, tak apa aku yakin kalau kau akan ke taman ini lagi. dan aku senang akhirnya kamu datang"
"aku juga senang bisa bertemu dengan mu"
"kamu semakin cantik ya, aku sampai sedikit lupa"
"kamu bisa saja" jawabnya malu
"ya bisa donk,"
"sebenarnya kenapa kamu menyuruhku dan menungguku di taman ini"
"itu karena aku ingin mengungkapkan sesuatu kepadamu"
"apa itu?"
"gadis cantik, aku suka dengan mu sejak pertama bertemu, saat kau dan aku masih kecil"
"mengapa kau suka aku?"
"karena kau punya sesuatu yang dapat membuatku tersenyum, mengingatmu saja aku bisa tertawa"
"terima kasih atas pujiannya, aku juga suka dengan mu"
"serius kah kau?"
"ya aku serius, kamu adalah laki-laki yang sangat baik"
"terima kasih, kalau begitu sekarang kita pacaran?"
"maaf untuk itu aku tak bisa, karena umur kita belum cukup untuk itu, tapi tenang kau akan tetap jadi sahabat bagiku hingga nanti umur kita cukup untuk pacaran"
"ok, tidak apa-apa, aku setuju sahabat"

mereka pun tertawa dan berbincara terus hingga sore hari dan saat umur mereka cukup mereka menjadi sepasang kekasih di bangku taman itu.