Tinggalkan jejak anda melalui komentar

Selasa, 05 Juli 2011

I would go back

"someday, I would go back"
Itu yang diucapkan Cia saat perpisahannya dengan Joe. wajah sedih Joe memang tidak bisa disembunyikan dari Cia, tapi keputusan Cia untuk kuliah di Berklee College of Music nggak mungkin di batalkan. Besok pesawat pukul 07.00 sudah membawa Cia meninggalkan Jogja. Tidak hanya beberapa bulan Cia meninggalkan Jogja, tetapi kira-kira 4 tahun lamanya. Keputusannya memang berat untuk diterima orang lain, tapi Cia sudah tekad untuk menjadi musisi sejati. Walau harus meninggalkan keluarganya dan Joe kekasihnya. Perpisahan malam itu memang bukan malam terakhir Joe dengan Cia, namun suasana yang ada menjadi seperti saat terakhir Cia dengan Joe.
Pagi ini Cia harus pergi ke Jakarta dahulu sebelum berangkat ke Amerika tempat Berklee berada, Ia diantar oleh Joe dan keluarganya sampai bandara Adisutjipto. Perjalanan panjang yang harus ditempuh Cia memang membuatnya bosan, tetapi semangatnya untuk kuliah di Breklee tak luntur dengan kebosanannya. Di dalam pesawat Ia terus melihat foto-foto keluarganya dan Joe, dalam hati Cia berkata "aku pasti kembali, aku pasti akan sangat rindu kalian, aku tidak akan melupakan kalian, karena aku sayang kalian". 
Akhirnya Cia sampai di Amerika dan ia segera menuju asrama tempat ia tinggal selama kurang lebih 4 tahun. Cia dijemput bus dari sekolahnya untuk menuju asrama, di dalam bus Cia duduk dengan mahasiswi asal Jepang bernama Momoko. Sepanjang perjalannan dari bandara ke asrama Cia berdialog dengan teman barunya, tentu saja dengan bahasa Inggris. Tak lama Cia dan Momoko sampai di asrama, setiap kamar diisi oleh dua orang, dan kebetulan Cia dan Momoko mendapat nomor kamar yang sama.
Cia memang bukan satu-satunya mahasiswa dari Indonesia, ada 3 orang lainnya yang satu angkatan dengannya dan 10 orang dari angkatan sebelum-sebelumnya. Esok ada penyambutan mahasiswa baru, Cia dan Momoko mempersiapkan keperluan untuk esok hari. Dan beristirahat setelah perjalanan panjang menuju ke sini. Cia tidur sangat lelap, sampai-sampai jam makan malam pertamanya di asrama ia lewatkan. Tapi ia tak perlu khawatir akan kelaparan, karena Momoko membawakan makan malam untuknya.
Saat Cia sedang asik menikmati makan malamnya, tiba-tiba ponsel berwarna putih miliknya berbunyi. Ternyata itu telpon dari Joe. Mereka tampak asik ngobrol, membicarakan ini dan itu, hingga Cia tak sadar jika ia masih belum menghabiskan makan malamnya dan hari sudah sangat malam. Momoko yang menyadari hal itu langsung menyuruh Cia mematikan telponnya, menghabiskan makan malamnya dan tidur. Karena besok pagi acara penyambutan mahasiswa baru dimulai pukul 09.00.
Pagi ini acara berlangsung sangat baik, acara yang sungguh membuat ku semakin bersemangat untuk kuliah di sini. kelas sudah dimulai, mata kuliah yang ada hari ini pun sangat menarik. alunan-alunan suara piano yang di contohkan dosen sebagai perkenalan mereka sungguh indah. dan hari ini pun aku mendapat satu teman baru lagi, namanya Lee Won Bin kamar di asrama kami juga berdekatan. Mulai hari itu kami selalu bersama bertiga kemanapun perginya. Saking dekatnya kami, sampai-sampai si Momoko suka dengan Won Bin. dan parahnya aku yang disuruhnya untuk mendekati dan mencari info tentang perasaan Won Bin. huh padahal kan aku sudah punya Joe masa harus dengan Won Bin juga. Tapi kami sudah menjadi sahabat di sini. Jadi aku lakukan itu untuk menyenangkan Momoko si gadis Jepang pemalu itu.
Hari ini kami merencanakan untuk mengerjakan tugas dari Dosen bersama. dan tugasku untuk mencari info tersebut dimulai. Momoko sudah beranjak dari tempat kami duduk, dan aku sudah siap dengan pertanyaanku.
"Won Bin, apakah ada orang di kampus ini yang menarik hatimu ?"
"haha, pertanyaan mu sungguh lucu Cia, jelas tidak. aku di sini hanya fokus untuk mencari ilmu"
"ouw, begitu, masa sudah hampir satu tahun di sini tak ada yang kau suka"
"haha. ok kau memaksa, ada tapi itu rahasia."
"jahat kau, masa dengan sahabat sendiri tak mau crita"
"tidak ah, sudah kerjakan lagi tugas ini"
Yah, apa yang aku dapat aku ceritakan pada Momoko, walau Won Bin tidak mau bercerita banyak, tapi itu cukup membuatnya senang. beberapa hari ini aku tidak bisa menghubungi Joe, tak tahu harus apa. dari facebook, twitter, sms, dan telfon semua tak ada yang dijawabnya. kalau berhasil di telfon pasti dia punya beribu alasan untuk mematikannya. aku coba tanyakan dengan temanku yang ada di Jogja tapi tida ada yang tahu apa yang terjadi dengan Joe.
Aku, Won Bin, dan Momoko sangat suka mengabadikan kebersamaan kami. sudah banyak foto-foto kami yang masuk ke akun facebook milikku dan mereka. dan banyak teman-temanku di Jogja yang memberi koment foto itu. dan koment buruk pun kadang muncul, ya mungkin karena foto ku berdua dengan Won Bin banyak yang bilang aku dan dia pacaran. yang aku takutkan hanya jika Joe melihat koment-koment itu. dan itu yang membuat dia tak bisa dihubungi.

Liburan musim panas tiba, kami semua pulang ke negara asal kami. Aku pulang ke Jogja dan menghabiskan 1 bulan liburan disana. Berharap bertemu Joe dan teman-teman lama. Tapi aku tak berhasil menemui Joe saat aku tiba di Jogja. sudah kucoba cari di kampusnya tapi dia selalu tak ada. Beberapa hari sudah ku cari dia, tapi tetap tak ada. kalau aku kerumahnya dia selalu berasalan sedang sibuk dan tak ingin di ganggu. Mamanya bilang dia menjadi pendiam sejak beberapa bulan lalu. apa ini karna aku?
Akhirnya aku berhasil menemui Joe, seribu pertanyaan hanya di jawabnya dengan diam dan muka kesal.
"Joe, kenapa kamu tak pernah menghubungi ku, kenapa kau susah sekali dihubungi."
"aku sedang sibuk, dak sudah kujelaskan ditelfon"
"aku mengenalmu Joe, sesibuk apapun kamu, pasti kamu akan menghubungi ku. kau bukan Joe yang dudlu. kau sudah berubah Joe, tapi karna apa?"
"aku memang berubah, karna apa kau harusnya tau itu"
"Joe bagaimana aku tahu kalau kau tak pernah bisa dihubungi"
"sudahlah, lebih baik kita akhiri saja hubungan ini, aku sudah tak tahan lagi berpacaran jarak jauh dengan mu. kau tak bisa menjaga perasaanku."
 "kenapa? aku tidak pernah berbuat macam-macam Joe, aku setia dengan mu"
"oh ya. waw. bukannya kau sudah punya kekasih lain di sana. kau sudah menghianati ku Cia"
"tapi aku tak berpacaran dengan siapa pun kecuali kau Joe"
"sudahlah, lebih baik aku pergi."
"Joe, aku setia padamu. aku tak pernah menghianati mu Joe"

air mataku tak berhenti keluar. aku tak pernah melakukan hal itu, aku selalu menjaga perasaannya. aku setia padanya, siapa yang dia maksud sebagai pacarku ?

aku sudah menepati janjiku untuk kembali, aku sudah ada di sini, tapi kenapa Joe malah membuat ku sakit. aku datang mencarinya karena aku ingin bertemu dengannya, sudah hampir setahun kami berpisah. dan kenapa saat aku kembali keadaannya seperti ini. kenapa ia berpikiran seperti itu.

Hari ini aku kembali ke AS, setelah menghabiskan hampir sebulan jatah liburanku di Jogja. Walau hubungan ku dengan Joe masih belum ada titik terang, tapi aku harus kembali ke Berklee. Semester baru sudah menungguku di sana. Masih ada sisa 3 tahun sisa kuliahku di Berklee, dan aku tak tahu apa aku masih sanggup untuk menjalaninya. Setahun pertama ini saja Joe sudah tak percaya dengan ku lagi, bagaimana dengan 3 tahun kedepan. 
Pesawat sudah membawa tubuhku kembali ke Boston sejak 1 jam lalu, tetapi pikiranku masih tertinggal di Jogja. Ya, aku masih memikirkan Joe, bagaimana dia sekarang dan apakah ia tahu bahwa aku sudah kembali ke Boston. Ingin ku kembalikan pikiran itu ke tempat di mana aku berada, tetapi semakin jauh pesawat ini terbang semakin jauh juga pikiranku melayang memikirkan Joe.
Pramugari sudah berkali-kali berlalu-lalang menawarkan makanan padaku, tetapi tak ada satupun makanan atau minuman yang aku pesan. Padahal sudah 8 jam aku di atas pesawat ini, rasa lapar memang menyerangku sejak tadi, namun aku tak nafsu untuk makan meski hanya sedikit. Pikiran tentang bagaimana meyakinkan Joe sudah membuatku kenyang, tapi Ibu-ibu berusia sekitar 40 tahun di sebelahku menawarkan makanan yang ia pesan sambil menasehatiku.
"kamu tidak lapar? saya lihat kamu tidak makan apa-apa dari tadi. ini makan saja milik saya, kalau kamu tidak makan nati kamu sakit. Perjalanan juga masih jauh, dimakan ya."
"terimakasih Ibu, saya tidak lapar. ini buat Ibu saja"
"sudah makan saja, saya sudah banyak makan dari tadi. saya tak mau kamu sakit setelah sampai nanti, sepertinya kamu sedang banyak pikiran, tapi jangan korbanya perutmu yang kosong itu, nanti kamu bisa sakit."
"terima kasih Ibu, saya akan makan ini"
dengan terpaksa aku makan makanan yang telah diberikan Ibu tadi, walau aku makan dengan pelan tapi aku dapat menghabiskan makanan itu. Ibu yang memberikan makan itu juga seperti terus mengawasiku saat makan, mungkin agar aku habiskan makanan itu.

Setelah lebih 18 jam perjalanan aku sampai di Boston, aku di jemput oleh Momoko dan Won Bin yang sudah pulang dari liburannya beberapa hari lalu. Mereka tampak semakin akrab lebih dari sahabat, dan kini aku yang tampak semakin lemas karena hanya sedikit makan. Restoran cepat saji di Bandara menjadi tempat tujuan berikutnya, aku sudah bisa makan sekarang, hatiku sudah sedikit tenang. Meski sumber masalahku dan Joe ada di depan mataku, tapi kini aku tahu cara menjelaskannya. Kedekatan Won Bin dan Momoko yang semakin "menjadi" dapat membuat aku berpikir tenang, semoga dengan kedekatan mereka aku tak harus melakukan sandiwara lagi.
Aku tahu kalau mereka sudah mengerti masalahku, tapi aku tetap harus bercerita dan berharap mereka memberikan solusi untuk masalahku ini. Mungkin Joe tidak terlalu mengenal Won Bin dan Momoko, tetapi Won Bin dan Momoko sudah memutuskan untuk menjelaskan segalanya pada Joe. Entah, apakah Joe akan percaya dengan orang yang tidak pernah ia temui atau kenal. Ketakutanku itu benar, sepertinya Joe memang percaya dan mendengarkan dengan baik penjelasan yang di berikan Won Bin dan Momoko, tetapi sikapnya tidak berubah padaku.
Momoko mengantarku ke kamar, setelah kami semua berusaha meyakinkan Joe bahwa aku masih memilihnya. Momoko sangat merasa bersalah karena dia yang membuat semua ini terjadi.
"coba aku berani untuk mendekati Won Bin, pasti semua tidak akan seperti ini Cia. maafkan aku.""sudahlah Momoko, ini bukan salahmu. aku saja yang kurang mengerti perasaan Joe. aku yang tidak tahu bahwa dia__"  Cia berhenti bicara, tubuhnya kaku tak bisa melanjutkan tagi kata-katanya.
"dia apa Cia? pecemburu? kalau kau tidak melakukan hal itu dia juga tidak akan cemburu. dan kau melakukan itu karena aku"
"maafkan aku Momoko, aku tidak tahu harus berbuat apa, aku tahu dia orang yang seperti itu, tapi ini memang karena dia yang tidak bisa mengerti keadaan ku di sini. jarak ini bukan hanya memisahkan tubuhkan dan Joe, tetapi juga rasa percaya kami." Cia terdiam sejenak lalu melanjutkan perkataannya. "aku akui ini memang tidak mudah, tetapi aku sudah berusaha untuk menjaga hati ini" sambil menaruh tangannya di dada, tangisannya sudah tak bisa di bendung lagi. bulir-bulir air mata kini telah jatuh membasahi pipinya. Momoko memeluk erat sahabatnya itu, "aku tahu Cia, ini bukan hal yang mudah, tetapi aku percaya kamu bisa melewatinya, dan aku percaya bahwa Joe akan sadar bahwa sebenarnya dia memang salah paham" Momoko berusaha menenangkan Cia dengan kata-kata yang sanggup ia katakan.

Pagi ini adalah hari terakhirku libur, dan sudah seminggu semenjak aku kembali lagi ke Boston. Keinginan bangun siang untuk terakhir kalinya di musim panas ini gagal total, setelah ada yang menggedor pintu kamar beberapa kali. Ini masih pukul 10 pagi, siapa sih yang bertamu sepagi ini. "Momoko, tolong bukakan pintunya!" tetapi tak ada sahutan dari kamar asrama nomor 308 ini. "Momoko, aku masih ngantuk, tolong buka pintunya!" tetapi tetap sama, Momoko tak menjawab. Kutelusuri seluruh kamar, tapi tak kutemukan Momoko. Dengan terpaksa aku membuka pintu kamar, tubuhnya yang masih lemas itu kaget ketika membuka pintu kamar asramanya.
"hai, selamat pagi, apa kabar mu? baru bangun tidur ya? aku boleh masuk tidak ?" sapa tamu laki-laki yang mengejutkan itu. "kamu? kenapa ada di sini? kapan kamu datang?" dengan kaget Cia bertanya. tubuhnya jadi kaku tak bisa bergerak, tangannya mulai dingin, dan pipinya merah. padahal ini masih musim panas. "kok kamu malah tanya aku? kan aku yang tanya duluan dan kamu belum menjawabnya? tanya laki-laki itu dengan senyum manis khasnya. Dengan tidak bicara Cia menyilahkan masuk tamu yang tak asing baginya namun mengagetkannya itu.
"tempat tinggal kamu nyaman ya, seandainya saja aku boleh menemani kamu. aku mau tinggal di tempat seperti ini__" laki-laki ini berhenti bicara saat ada suara pintu terbuka, Momoko yang baru pulang dari olahraga paginya bersama Won Bin, kehadiran laki-laki itu juga membuat Momoko kaget. "Joe! kau ada di sini? sejak kapan?". Joe kaget melihat teman perempuan Cia itu, "ini Momoko ya? teman Cia". Momoko mengangguk dan langsung pergi ke dapur menginggalkan mereka berdua. Cia yang masih heran dengan orang yang ada di hadapannya ini mulai memberanikan diri bicara "Joe sebenarnya apa yang mebuatmu datang kemari, basa basi dari tadi sudah cukup untuk aku bertanya ini". "maafkan aku Cia, aku tahu bahwa aku yang salah selama ini, aku mengerti bahwa aku terlalu cemburu, aku nggak sempet denger penjelasan kamu, aku nggak pernah dengerin kamu. Aku takut kamu bener-bener pergi dan itu yang membuat aku jadi kayak gini. Dan aku kesini untuk minta maaf secara langsung sama kamu. Maaf ya Cia, aku terlalu cemburu". Cia terdiam, tubuhnya yang tadi lemas kini kaku, dadanya menjadi sesak dan air matanya tidak dapt dibendung lagi, "maafkan aku juga Joe, aku juga salah". "nggak Cia, aku yang terlalu egois, tapi sekarang aku sadar kalau kamu memang bener-bener jaga perasaan ku. kita keluar aja yuk, pemandangan di sini baguskan? kita selesaikan tangis-tangisan ini ya, ok?". Senyum di wajah Cia mulai mengembang, walau matanya masih mengalirkan air mata. 
Taman depan asrama Cia menjadi tujuan mereka untuk menikmati siang yang terik itu. Hati Cia yang sudah tenang dengann kehadiran Joe hari ini  membuatnya semangat memulai kuliah esok hari, "makasih ya Joe, kamu udah datang ke sini, kamu pulang kapan?" "aku pulang lusa, meski seperti buang-buang waktu saja ya, sudah jauh-jauh tapi cuma sebentar, tapi bagaima lagi kuliahku sudah masuk beberapa hari lagi". Muka Cia kini seperti ditekuk, namun ia juga sadar bahwa Joe juga harus kuliah di Jogja.
Hari ini Joe harus pulang ke Jogja, hanya beberapa hari dia sini saja sudah membuat suasana hatiku berubah menjadi kebun bunga. Dan kini kebun bunga ku sedang ada di musim gugur karena kepulangan Joe. Joe memang tidak menikmati Boston, ia hanya berada di asrama dan beberapa tempat sekitar, "Joe aku janji akhir semester ini akan pulang". "nggak, kamu nggak usah pulang, biar aku aja yang ke sini" sahut Joe cepat. "tapi liburan semester kita kan berbeda, kalau kau ke sini tugas kuliah ku pasti sedang banyak" wajahku kini lebih tepat dibilang wajah anak SD yang ngambek. "sudah lah, tak usah di pikirkan. semester 3 baru saja dimulai, jangan pikirkan liburan dulu. aku berangkat yah, sampai ketemu di dunia maya". "makasih ya kamu udah kesini, kapan-kapan kemari ya" kini senyum ceriaku sudah mengembang.

Tak disangka tugas semester ini cukup banyak, setiap hari aku selalu pulang lebih cepat untuk mengerjakan tugas dan baru selesai malam hari. Momoko dan Won Bin kini sudah menjalin hubungan lebih dari sahabat, kami jadi jarang pergi bertiga lagi. Setiap malam minggu aku hanya berada di kamar asrama untuk mengerjakan tugas, tak sempat lagi untuk jalan dengan teman. Kalau aku sedang tidak sibuk pun aku memilih untuk mengisi waktu luang ku dengan menelfon Joe atau keluargaku. Aku tahu ini hanya akan ada di beberapa bulan pertama semester ini, selanjutnya akan lebih ringan.
Hari ini Won Bin dan Momoko mengajakku pergi makan malam di luar, aku terima ajakan merak untuk itu karena hari ini tugas ku sudah selesai dan besok hari Minggu. Kami bertiga pergi menggunakan kendaraan umum, dan kami sudah sampai di tempat yang kami tuju. Bangunan yang belum pernah aku lihat sebelumnya, bangunan oriental yang sepertinya menyajikan masakan asia itu begitu menarik perhatianku. Dalam benakku aku berpikir apa yang membuat mereka mengajakku ke restoran ini, dengan langkah pelan aku berjalan memasuki restoran ini. Pelayan bule berbaju tradisional China menghampiri kami ketika sampai di pintu masuk. Ini memang restoran khas China, tetapi mengapa mereka mengajakku kemari, bukan ke restoran Korea atau Jepang yang biasa mereka datangi. "Momoko sebenarnya kenapa kalian ngajak makan di sini?" "kamu belum pernah makan di sini kan? kami sedang ingin makan makanan khas China, kamu mau kan ?" Wajah Momoko meyakinkan Cia untuk tetap duduk di restoran ini. "ok baiklah, aku pesan yang kalian pesan saja. aku tak tahu mau pesan apa tak tahu mana yang enak. ku serahkan makan malamku pada kaliah." dengan pasrah menyerahkan isi perutku nanti. ok, satu set makanan dipesan mereka dan beberapa menit kemudian datanglah piring-piring berisikan sup hangat yang aku tak tahu apa itu. Makanan terus berdatangan hingga bagian terakhir. Sungguh aku sangat kenyang malam ini, sepertinya aku akan tidur sangat nyenyak.

Semester tiga pun selesai dengan penuh perjuangan besar, rencana untuk pulang ke Jogja di gagalkan dengan kehadiran Papa dan Mama yang ingin menemani liburanku di sini. Untung saja Won Bin dan Momoko tidak pulang ke negara mereka, kalau tidak aku bisa mati bosan jalan dengan Mama dan Papa. Bukan karen aku tidak kangen dengan mereka, tapi karena Mama dan Papa itu suka meninggalkan ku jika sudah asik jalan-jalan. Joe yang malah menertawaiku ketika aku cerita ini makin membuatku putus asa. Namun ternyata ada kejutan yang membahagiakan hadir di tengah kekesalanku itu. Adikku yang manis dan kakakku yang tampan juga hadir dan ikut berlibur. Setidaknya dapat menjadi teman ketika mama dan papa sudah lupa dengan kehadiranku.
Liburan semester yang sedikit menyenangkan, karena aku sudah bosan berkeliling Boston. Tetapi setidaknya dapat meringankan beban pikiranku akan semester kemarin. Jessy adikku sangat menikmati liburan pertama kalinya ke Boston ini, tetapi kakak laki-lakiku Darel senasib dengan ku. Darel memang sering kemari, bahkan sebelum aku kuliah di sini dia sudah sering kemari. Tapi wajahnya yang tak terlihat tampan lagi karena sedih bukan karena ia bosan berjalan-jalan di sini. Darel justru sangat kangen suasan di Boston, banyak kenangan yang ia buat di sini. Ya, mendiang tunangan kakakku Grey adalah orang Boston, dan dia yang memberi tahu aku tentang Berklee, ia meninggal karena kecelakaan pesawat saat akan ke Indonesia. Rencananya ke Indonesia bukan bukan hanya untuk bertemu kakakku saja, tetapi untuk melangsungkan pernikahan. Hal itu memang sudah terjadi 2 tahun yang lalu, tapi wajah Darel masih terlihat sedih. Tak tahan melihat Darel yang begitu murung, kutarik tangannya dan ku bawa ke taman yang ada di dekat situ. Bangku taman yang menghadap ke kebun bunga menjadi pemandanganku dan Darel sekarang. "Kak, aku tahu kau sedang memikirkan Grey, aku tahu memang susah untuk melupakan seseorang yang sudah 8 tahun bersamamu. Tapi aku mohon kak, kau tidak bisa begini terus, mungkin Grey bukan jodohmu dan Tuhan sudah menentukan ini". Aku melihat wajah Darel yang masih terlihat murung itu. "di dunia ini masih banyak Grey yang lain, yang bisa kau jadikan istri. mungkin tak bisa sama seperti Grey mu itu. tapi Tuhan pasti punya jalan untuk masalahmu. maaf kak, jika aku telah bersikap kurang ajar, tapi aku sayang denganmu, aku tak mau melihat kau begini terus setiap pergi kemari". Kini aku terdiam menunggu Darel yang bicara. "kau memang benar, di dunia ini masih banyak Grey yang lain, dan mungkin lebih baik dari pada Greyku. meskipun umur mu jauh berbeda dengan aku, ternyata kau lebih dewasa. Terimakasih Cia kau seperti umur 27 tahun, sama sepertiku." 

Hari ini keluargaku pulang, seminggu lagi kelas akan dimulai, Won Bin dan Momoko memilih untuk pergi bersama seminggu lalu dan belum kembali, dan aku hanya sendiri. Sepanjang hari ini aku hanya di kamar, duduk di meja belajar dan menghadap ke komputer jinjing. Aku bukan sedang mengerjakan tugas, tetapi sedang asik chatting sana sini. Joe tak bisa dihubungi, keluarganya bilang ia sedang ada acara. Bosan dengan kegiatanku, aku memutuskan pergi ke studio setidaknya aku dapat berlatih piano di sana. Tapi begitu kagetnya diriku saat membuka pintu studio dan melihat ada seseorang yang sedang memainkan lagu dengan begitu indahnya. Canon in D, ya lagu itu yang sedang dimainkannya. 
Aku bertepuk tangan ketika ia selesai bermain, dan ia menoleh kepadaku. "Wow, itu lagu yang bagus. boleh aku dengar sekali lagi". "kenapa tidak kau sendiri saja yang bermain" katanya sambil keluar. "dibalik permainannya yang bagus, ternyata orangnya begitu cuek, menyesal telah memujinya". Aku melanjutkan langkah kaki ku menuju piano, dan memainkan macam-macam lagu. Setelah beberapa menit aku memainkan lagu hpku berbunyi, Joe menelfon ku. Kami berbincang-bincang cukup lama di telfon. Setelah selesai berbicara dengan Joe lewat telfon, aku kembali ke kamar. Tapi saat aku mebuka pintu studio laki-laki yang tadi bermain ada di sana "kalau mau pacaran jangan di studio ini, ruangan ini hanya untuk bermusik" tanpa ekspresi dia berbicara. "ok, aku juga akan kelaur dari sini kok."

Hari ini aku akan berjuang untuk cepat lulus.

Tidak terasa sudah 4,5 tahun aku ada di Boston ini, dan hari ini adalah hari wisudaku. Papa, Mama, Darel, Jessy, dan Joe datang kemari. Won Bin dan Momoko juga di wisuda hari ini, dan hubungan mereka lebih dekat. Joe lulus tahun ini dari kuliahnya di UGM jurusan kedokteran. Aku akan kembali ke Indonesia lusa ini bersama seluruh keluargaku. Aku senang bisa lulus, tetapi aku sedih karena harus berpisah dengan Lee Won Bin dan Momoko. Mereka yang selalu menemaniku di sini, tempat berbagi cerita selama kurang dari 5 tahun ini. Kini kami bertiga berdiri menghadap danau dan masih menggunakan pakaian kelulusan, kami berjanji akan tidak akan melupakan apapun yang telah terjadi di sini, menjaga persahabatan kita sampai kapan pun.

Hari ini aku pulang ke Indonesia, air mataku tidak bisa ditahan lagi. Perpisahan dengan Won Bin dan Momoko sangatlah berat, aku tak bisa datang ke pernikahan mereka ada acara yang membuat aku harus merelakan tidak melihat pernikahan kedua sahabatku. Joe sudah memanggilku karena pesawat sudah akan terbang. Aku harus meninggalkan mereka, kami bertiga berpelukan dan Joe memanggilku sekali lagi "ayo Cia, aku tahu ini berat tapi kita harus pulang. ucapkan selamat tinggal untuk mereka dan aku tunggu kau di pintu masuk penumpang". "baik Joe, Won Bin dan Momoko semoga kalian bahagia, aku pulang ya, kalian baik-baik ya" air mata ku jatuh lagi dan kini semakin deras. Aku berjalan pelan menuju tempat di mana Joe telah menunggu, dan memasuki pesawat. Dalam perjalanan kurang lebih 18 jam aku terus menerus bersedih, Joe mencoba menghiburku tapi aku tetap merasa sedih. Kini aku sudah tiba di Indonesia, tepatnya di Jogja. Aku senang bisa kembali tinggal di sini, dan lebih sering bertemu dengan Joe. Setelah aku tiba di bandara, Joe langsung mengajak aku pergi ke suatu tempat, dia bilang ada yang ingin dia sampaikan.
1 jam perjalanan dari bandara menuju sebuah restoran yang menyajikan pemandangan alam. Sambil menunggu pesanan makanan kami Joe mengajakku berbicara. "Aku senang kau telah kembali, janji mu telah kau tepati dan kini kita merayakannya" dengan semangat Joe memulai pembicaraan. "aku juga senang bisa kembali, aku senang bisa bersama dengan mu lagi tanpa ada jarak yang jauh. aku kan sudah bilang aku akan kembali, dan kini aku kembali" walau aku masih sedih karena perpisahan dengan kedua sahabatku, tetapi aku senang bisa menikmati hal ini. Aku benar-benar senang. Aku dan Joe menikmati makan malam kami di restoran ini dengan kebahagiaan.