“Penumpang yang kami
hormati, sesaat lagi kereta api Tasaka akan tiba di Stasiun Yogyakarta, periksa
kembali barang bawaan anda. Tetaplah duduk sampai kereta api benar-benar
berhenti. Terima kasih atas kepercayaan anda mengunakan layanan kami. Sampai
bertemu di perjalanan berikutnya”
Kereta api yang aku naiki sudah sampai di kota di mana
aku dilahirkan, Yogyakarta. Aku Tsania, umurku 18 tahun, seorang remaja yang
akan melanjutkan kehidupannya di kota ini.
*
“Tsaniaaaaa….”
“Mas Darto….. aku kangennnnnn” ucapku sambil berlari memeluk
kakak sepupu yang menjemputku. “Mas Darto sendirian aja nih… Pakdhe, Budhe, Wina
nggak ikut mas?”
“Kamu ki ndak lihat po ya sekarang ini jam berapa? Hmmm..
Yo jelas to ya kalo Pakdhe dan Budhe itu ya masih kerja. Nah kalo Wina lagi
dolan sama temennya” Jelas Mas Darto sambil membuka pintu bagasi dan memasukkan
barang-barangku.
“Hmmm… eh mas. Brarti nanti aku satu kampus sama Wina
kan?”
“Iya, udah ayo masuk, kamu pasti lapar to… tadi Simbah
udah masak banyak banget buat kamu di rumah”
“Wahhh.. Simbah memang pengertian sama cucunya yang cantik
ini.. lets go!”
Mobil yang kami naiki
berjalan keluar stasiun dan membelah jalanan Jogja yang sedikit padat akibat
jam pulang kerja. Sepanjang perjalanan ke rumah aku tak henti-hentinya melihat
ke luar jendela. Sungguh, kota ini memang selalu aku rindukan. Tidak lama,
mobil yang aku naiki bersama mas Darto sampai di rumah. Rumah ini adalah rumah
Pakdhe Joyo yang merupakan kakak dari Mama, sedangkan Simbah Kakung dan Putri
tinggal di sebelah rumah Pakdhe.
“Kamar kamu di sebelah kamar Wina yo Tsan, kamu ke sana
wae dulu, nanti tas-tas mu sing abot itu tak bawake ke kamar”
“Aku ke tempat simbah dulu aja deh mas, sekalian mau makan”
“Yowis, nanti tak nyusul setelah tas-tasmu ini tak masuke
kamar”
Aku berjalan ke rumah
yang benar-benar persis di sebelah rumah Pakdhe ini. Simbah disini nggak cuma tinggal
berdua aja, tapi juga ada Bulik Eni yang merupakan adiknya Mama, Paklik Herman
suami Bulik Eni dan Menik anaknya yang masih umur 7 tahun.
“Mbah..” Sapaku pada simbah Kakung yang sedang asik
merumput”
“ Weee… cah ayu sudah datang to. Ayo masuk, Mbah Putri
sudah nunggu di dalam”
“Iya Mbah, Tsania masuk dulu ya mbah” Aku kemudian masuk
ke dalam rumah dan menemui Mbah Putri yang sedang asik membaca di ruang tengah.
“Mbah Putri….” Ucapku sambil menduduki kursi kosong di sebelah simbah.
“Welah. Cah ayu iki, sudah datang. Tadi di jemput Darto
to?”
“Iya mbah, tadi Mas Darto yang jemput pakai mobil kodok
kesayangannya itu”
“Welah bocah kuwi, wong ya ada mobil Kijang apik isih kinyis-kinyis
kok malah numpak kodok ijo.”
“Nggak papa kok mbah, tadi kodoknya lagi waras kok, nggak
rewel”
“Hmm. Yawis. Kamu sudah makan ? Simbah tadi sudah masak,
itu makan saja yang ada di meja makan”
“Oke mbah, Tsania makan dulu ya, Simbah sudah makan ?”
“Sudah, simbah dan mbah Kakung sudah makan tadi”
“Tsania ke meja makan ya mbah.”
Aku menghampiri meja
makan dan melihat terdapat banyak menu makanan yang tersaji, dari tempe tahu
bacem, sayur lodeh, ikan asin, dan sambal. Menu khas yang dimasak simbah ini
selalu ngangeni. Aku segera mengambil piring dan kuisi dengan nasi yang masih
panas, dan segera kutambahkan lauk pauk yang sangat lezat itu.
“Tsan, nek makan ki ya berdoa dulu jangan langsung leb
gitu to ya”
“Ih.. Mas Darto nih ganggu aja… Tsania udah berdoa yaa…
sini mas, makan bareng.”
“Nggak usah kamu suruh aku makan bareng, aku ke sini ya
memang mau makan dek”
“Tuhan.. Kiranya engkau memberi aku kesabaran tinggal
serumah sama mas Darto. Amin”
“Weeeeelahh. Malah doa ngono, njaluk di cium ki kayane..”
“Ihhh.. kan aku bercanda mas.. Sudah ah, aku mau makan.”
Setelah selesai makan
siang yang sangat terlambat ini aku memilih ke kamar untuk mengganti baju dan
beristirahat.
*
Aku terbangun, jam dinding menunjukkan angka 1. Ya ini
masih jam 1 pagi, karena aku tidur terlalu pagi aku jadi bangun dengan segar
dan tidak mengantuk. Aku memutuskan untuk menata barang-barang yang masih
berada di tas dan koperku. Mulai aku pindahkan satu persatu baju-baju yang aku
bawa ke dalam lemari baju yang berada di sudut kamar. Setelah aku sudah
memasukkan semua barang kedalam lemari, ternyata masih terdapat satu kotak kecil
yang tertinggal. Ku lihat sejenak kotak berwarna merah muda itu, pikiranku
seakan diterbangkan pada kejadian beberapa hari lalu, hari sebelum aku
berangkan ke kota ini.
#
Hari ini adalah hari perpisahan sekolah,
berpisah dengan seluruh teman-teman SMA yang sudah sangat dekat satu sama lain.
Acara perpisahan digelar dengan sederhana, ya acaranya hanya di sekolahan saja.
Kami semua menggunakan baju terbaik kami, dan bagi kaum hawa akan menghabiskan
waktu lebih lama untuk persiapan datang ke acara ini, ya berdandan cantic.
Banyak teman-teman yang memberi hadiah dan surat kenagan di hari terakhir sekolah
ini. Teman-temanku sedih ketika mengetahui aku akan melanjutkan studi ku di
kota kelahiranku, Yogyakarta, mereka tak rela aku berpisah jauh dari mereka.
“Yoooo… mari kita lanjutkan acara
malam perpisahan SMA Harapan Cinta ini. Acara selanjutnya adalah acara puncak,
siapa yang nggak sabar dengan penobatan King and Queen SMA Harapan Cinta 2013???”
Semua siswa bersorak saat pembawa acara mucul di atas panggung. “Tapi sebelum
itu.. kita akan mendengarkan penampilan dari salah satu siswa yang sangat
tamfaaann di SMA Harapan Cinta ini, siapa???”
Semua
teman-teman menyerukan sebuah nama dengan lantang, nama yang sangat membuat
hati ini berdetak hingga terdengar keluar tubuh, membuat tanganku dingin dan
kakiku bergetar hebat. Nama yang beberapa tahun terakhir mengisi ruang hati
yang kosong, yang mengisi kesendirian ini dengan penuh canda dan tawa. Dia,
yang beberapa saat lalu kuhampiri dan kukatakan kata ‘PUTUS’.
“Angga!!!!!!” Sorak seluruh siswa
menyerukan namanya.
Deg…..
“Yaa…. Kalian semua benar, langsung
saja kita panggilkan… Angga” sebut sang pembawa acara memanggil namanya. Sosok
berkemeja biru langit yang lengan panjangnya digulung hingga siku dengan celana
jeans berwarna navy blue, tatanan rambut yang dibuat sangat rapi, jam tangan merk
ternama berada di tangan sebelah kirinya. Angga duduk pada kursi yang berada di
tengah panggung, membawa gitar kesayangannya. Sesekali kulihat ia menatap tajam
pada diriku sambil mempersiapkan diri untuk bernyanyi. Sungguh, rasanya kakiku
sudah tak sanggup untuk berdiri, namun aku harus terlihat kuat.
“Lagu ini aku persembahkan untuk
seseorang dan untuk kalian semua yang ada di tempat ini” beberapa dari
teman-temanku langsung melihat ke arahku dengan senyum menggoda, mereka yang
belum tahu apa yang terjadi beberapa saat lalu masih bisa menggoda ku
dengannya, dan aku hanya diam.
Petikan gitarnya sudah terdengar
jelas di telingaku, hati ini mulai ricuh dan bergemuruh mendengar setiap nada
yang keluar. Sungguh, aku harus tetap berdiri di sini dengan kuat. Suara
beratnya mulai terdengar, penuh dengan kesakitan.
If you ever leave me,
baby,
Leave some morphine at my door
'Cause it would take a whole lot of medication
To realize what we used to have,
We don't have it anymore.
Leave some morphine at my door
'Cause it would take a whole lot of medication
To realize what we used to have,
We don't have it anymore.
There's no religion that
could save me
No matter how long my knees are on the floor (Ooh)
So keep in mind all the sacrifices I'm makin'
To keep you by my side
To keep you from walkin' out the door.
No matter how long my knees are on the floor (Ooh)
So keep in mind all the sacrifices I'm makin'
To keep you by my side
To keep you from walkin' out the door.
'Cause there'll be no
sunlight
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
Just like the clouds
My eyes will do the same, if you walk away
Everyday it'll rain, rain, ra-a-a-ain
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
Just like the clouds
My eyes will do the same, if you walk away
Everyday it'll rain, rain, ra-a-a-ain
I'll never be your
mother's favorite
Your daddy can't even look me in the eye
Ooh, if I was in their shoes, I'd be doing the same thing
Sayin' "There goes my little girl
Walkin' with that troublesome guy"
Your daddy can't even look me in the eye
Ooh, if I was in their shoes, I'd be doing the same thing
Sayin' "There goes my little girl
Walkin' with that troublesome guy"
But they're just afraid
of something they can't understand
Ooh, but little darlin' watch me change their minds
Yeah for you I'll try, I'll try, I'll try, I'll try
And pick up these broken pieces 'til I'm bleeding
If that'll make you mine
Ooh, but little darlin' watch me change their minds
Yeah for you I'll try, I'll try, I'll try, I'll try
And pick up these broken pieces 'til I'm bleeding
If that'll make you mine
'Cause there'll be no
sunlight
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
Just like the clouds
My eyes will do the same, if you walk away
Everyday it'll rain, rain, ra-a-a-ain
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
Just like the clouds
My eyes will do the same, if you walk away
Everyday it'll rain, rain, ra-a-a-ain
Oh, don't you say (don't
you say) goodbye (goodbye),
Don't you say (don't you say) goodbye (goodbye)
I'll pick up these broken pieces 'til I'm bleeding
If that'll make it right
Don't you say (don't you say) goodbye (goodbye)
I'll pick up these broken pieces 'til I'm bleeding
If that'll make it right
'Cause there'll be no
sunlight
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
And just like the clouds
My eyes will do the same, if you walk away
Everyday it'll rain, rain, ra-a-a-ain
If I lose you, baby
There'll be no clear skies
If I lose you, baby
And just like the clouds
My eyes will do the same, if you walk away
Everyday it'll rain, rain, ra-a-a-ain
It Will Rain – Bruno Mars
Lagu yang telah selesai ia nyanyikan
membuat kedua mata kami meneteskan cairan bening yang asin. Ia terus menerus
menatap mataku saat menyanyikan lagu tadi, tanpa sedetik pun terlepas. Semua
orang yang melihat penampilannya, saat ini mengalihkan perhatiannya padaku.
Dengan wajah keheranan mereka semua melihat tingkah kami yang aneh pada hari
ini. Bayangkan saja, kami yang dijuluki pasangan paling romantis se-SMA Harapan
Cinta malah saling menangis dan tersakiti di malam perpisahan, yang benar-benar
menjadi malam perpisahan bagi kami. Aku memutuskan untuk berbalik pergi
meninggalkan tempat ini, aku memutuskan keluar. Sungguh aku sudah tak sanggup
melihat tatapan mereka dan tatapan matanya.
“Tsania” belum sempat aku
melangkahkan langkahku, aku mendengar Angga memanggil namaku dari atas
panggung. Ia berjalan turun dari panggung dan menghampiriku. Aku enggan
menolehkan badanku kearahnya, namun dengan tangannya sendiri ia mencoba
menghadapkanku di hadapannya. “Untukmu” Ia memberikanku sebuah kotak kecil
berwarna merah muda di depan seluruh teman yang ada di tempat ini. Setelah
menyerahkan kotak itu, Ia berjalan pergi meninggalkanku.
#
Kotak
berwarna merah muda itu belum pernah aku buka, sungguh hati ini bergetar hebat
mengingat siapa yang memberikannya. Dengan hati yang sangat berat, aku mencoba
membuka kotak itu. Dalam kotak tersebut terdapat surat dan juga foto-foto kami,
aku mencoba membaca surat tersebut.
Untuk
Tsania,
Halo
cantik, Cie yang sebentar lagi kuliah di Jogja.
Btw
kalo udah di Jogja jangan lupain aku lo yaaa. Jangan suka nakal, kurang-kurangi
lah isengnya.
Aku
pasti bakal kangeeeenn banget sama kamu.. Ya, kamu tau lah ya, aku nggak
ketrima kuliah di Jogja jadi ya kita LDRan dulu deh.
Sering-sering
pulang ya, kalo ada kesempatan aku pasti bakal main-main juga kok ke Jogja.
Jaga Kesehatan ya.
Oh
ya, aku kasih kamu foto kita nih, biar kamu tetep selalu always setiap saat inget
sama aku. Wekekekek. Pokoknya Suskses kuliahnya ya Tsan.
Love
You
Angga
Tanpa sadar, aku telah meneteskan
air mataku, kata-kata sederhana namun sungguh membuat pertahananku runtuh
seketika. Ia pasti saat itu sangat tak menyangka, bahwa saat itu akan menjadi
hari perpisahan bagi kami, hadiah yang Ia siapkan pun benar-benar menjadi
hadiah perpisahan, bukan hanya berpisah jarak namun juga hubungan kami.
Tanganku mengambil beberapa foto yang terdapat dalam kotak, tak jarang tawaku
muncul saat melihat pose konyol kami dalam foto. Tapi sekarang segalanya telah
berakhir, dan aku sendiri yang memilih untuk mengakhirinya.
Tak mau terlalu terlarut dalam
perasaan ini, aku segera membereskan foto-foto ini dan kumasukkan kembali dalam
kotak, berserta dengan suratya dan kumasukkan dalam lemari. Kulihat jam sudah
menunjukkan angka 3 pagi, dan aku memilih untuk tidur agar saat pagi nanti aku
tak seperti zombie.
*
Angga
Pont of View
Sudah beberapa hari ini aku selalu diam di
rumah, lebih tepatnya di kamarku. Hari ini Dia yang masih setia berada di ruang
hatiku pergi menuju kota kelahirannya. Berat. Namun telah kucoba memahami.
Kesalahan yang pernah aku buat sebulan yang lalu memang sudah merusak
kepercayaannya padaku. Ini semua memang kesalahanku, aku yang menyembunyikan
berita bahwa aku akan melanjutkan studiku di Jerman dan membuat dia terluka.
Kenyataan yang lebih menyakitkannya adalah hal itu sengaja disusun oleh Ayahku
agar aku bisa bersama Clarisa, anak teman Ayah yang pernah aku suka dan masih kerap dijodoh-jodohkan denganku. Ayah memang lebih suka jika aku
bersama Clarisa daripada Tsania. Aku tak mampu menolak permintaan Ayah, dan aku
tak mampu menyampaikannya pada Tsania, hingga pada akhirnya Ia tahu dengan
sendirinya.
Mengurus
kuliahku di Jerman membuatku mau tak mau sering bersama dengan Clarisa dan hal
itu menjadi kesalahpahaman antara aku dengan Tsania. Sudah berkali-kali aku
mencoba menjelaskan, bahwa aku hanya menyayanginya, namun Ia memilih pergi.
#
“Maaf, tapi lebih baik kita sudahi
saja. Aku tahu, Ayahmu pasti akan memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Clarisa, adalah yang terbaik bagi kamu. Aku memilih mengakhiri bukan berarti
aku tak percaya pada perasaanmu padaku, namun ini untuk dirimu. Jerman adalah
impianmu bukan? Sekarang itu sudah ada di tanganmu, dan Ayah yang telah
mengusahakannya. Jadi, sekarang ini saatnya kamu untuk mengejar cita-cita mu di
sana dan aku juga dengan cita-citaku di Jogja. Ayahmu juga telah memilih
Clarisa untukmu, dan itu juga yang terbaik untukmu. Jadi, lebih baik kita
akhiri saja ya?”
“Tsan, aku bisa bilang sama Ayah
untuk nggak memaksa aku sama Clarisa, aku bisa bilang sama Ayah kalau aku sayang
sama kamu..”
“Angga, kita sudah mencobanya selama
2 tahun ini bukan? Tapi Ayahmu tetap memilih Clarisa. Ibumu yang di Surga juga
telah lebih dulu mengenal Clarisa dan Ayahmu bilang bahwa Ibumu sangat menyukai
Clarisa. Clarisa mewarisi sifat Ibumu Angga, Dia seperti Ibumu. Bukannya kamu
rindu Ibu? Sifat Ibumu ada pada Clarisa, bukan aku.”
“Tapi Ibu harusnya tahu dari atas
sana, mana yang lebih membuat anaknya bahagia. Ibu pasti mengerti Tsan. Kamu.. Cuma
kamu Tsan. Clarisa itu masa lalu aku, teman masa kecil aku, bahkan kami nggak
pernah pacaran Tsan.”
“Tapi Ayah mu sudah mengganggap dia
pacarmu Angga, dan aku tidak. Lebih baik sekarang aku menyadari diri dan
mundur. Menentang orang tua nggak baik Angga, kamu harusnya bisa membahagiakan
orang tuamu satu-satunya.”
“Oke. Kalau itu yang menurutmu baik,
dan yang harus aku lakukan. Aku akan lakukan. Tapi, kamu harus tetap tahu bahwa
perasaan ini masih terus ada buat kamu. Terimakasih telah berkorban untuk aku,
semoga kamu bisa mendapatkan yang lebih baik. Terimakasih untuk hati yang
tulus, dan mau menerima keadaan ini. Aku nggak bisa memberi yang harusnya kamu
terima. Aku minta maaf.”
#
Tubuh
kecil dalam pelukkanku untuk pertama dan terakhir itu masih terasa sampai saat
ini. Mengapa Ayah tak mengerti, bahwa Tsania begitu sangat baik dan tulus. Tapi
mungkin Tsania benar, Ibu lebih mengenal Clarisa daripada dia, dan Ibu telah
mempercayakan Clarisa untuk berada bersamaku. Walau mungkin saat ini Ibu tahu
mana yang lebih aku inginkan, tapi Ayah hanya tak ingin mengecewakan amanat Ibu
pada Clarisa.
*
Back to Tsania
“Tsaniaaaaaa……..
Kamu mau bangun jam berapaaa sih Tsann… ini udah pagi loo.. nanti jodohmu di
ambil sama aku semua lo.. Gadis kok bangun siang” suara cempreng yang sangat
tidak indah ini membangunkanku dari tidur. Dengan berat aku membuka mataku, dan
“Winaaaaa…”
teriakku sambil memeluk Wina. “Winaa, aku kangen tahu… “
“Welah.
Lha aku itu kemarin jam 7 sudah sampai rumah, eh malah sepupuku sing ayu ini molor
kayak kebo, dibangunin makan malam aja ndak bangun.”
“Hehehe.
Aku capek tau… pokoknya aku kangen kamu Winnnnn” ucapku sambil memeluk Wina
dengan erat.
“Mas
Darto…. Tolongin Wina Mas…. Aku dipenyet Tsaniaaa” teriak Wina dengan suara
cemprengnya…
“Walah..
opo to dek. Mbok nggak usah teriak-teriak. Wo. Akhire Tsania bangun juga. Wis
sekarang mandi dan siap-siap Tsan, aku mau ngajak kamu dan Wina main ke
Wonosari”
“Wonosari???
Naik mobil kodok Ijomu mas?” Tanya Wina kepada kakaknyaa…
“Yo
endak lah. Naik mobil Bimo, aku ajak Bimo juga.”
“Wa….
Sama Mas Bimoooo… asikkkk.” Sahut Wina dengan semangat dan cempreng.
“Mas
Bimo siapa Win?”
“Wo…
Mas Bimo itu temannya Mas Darto. Orangnya ganteng, pinter, masih single pisan.
Coba aku belum pacaran sama Derel, pasti Mas Bimo udah jadi pacarku” ungkap
Wina dengan wajah yang berseri
“Bimo
ndak cocok sama kamu lah Win, mosok ya mau punya pacar suarane cempreng koyo
kaleng.”
“Mas
Darto ki lho.. Mas Bimo ki yo kok mau punya temen Mas Darto sing eleke ra ana
sing ngalahi. Padahal Mas Bimo kan ganteng” Ejek Wina pada kakakanya. Aku hanya
tertawa melihat kakak beradik ini saling ejek.
“Lho
ya justru karna aku jelek, Bimo jadi kelihatan ganteng. Jadi Bimo harus
berterima kasih sama aku. Sudah, sekarang kalian siap-siap. Bimo sebentar lagi
jemput” Ucap mas Darto sambil berlalu pergi.
“Pokoknya
to Tsan, kamu pasti suka deh sama mas Bimo, apalagi kamu baru putus to. Dijamin
mas Bimo bisa menyembuhkan luka hatimu itu” kata Wina penuh penekanan dan
keyakinan.
“iya.
Iya. Udah akum au mandi dulu. Makasih ya Win sudah dibangunin. Pokoknya aku
kangen kamu” Kataku sambil mencium pipi Wina dan langsung berlari ke kamar
mandi.
“Tsan…
Mbok ra nyium-nyium aku to… aku ki wis wangi ee“ Teriak Wina dengan suara
cempreng khasnya.
Aku
hanya tertawa dari jauh. Ya, inilah yang aku suka dari kota kelahiranku.
Keributan saudara-saudara yang selalu membuat aku bahagia. Aku berharap, luka
hatiku akan terobati di tempat ini. Aku percaya bersama mereka, hari-hariku
akan semakin berwarna. Dan untuk kamu Angga, selamat berbahagia dengan masa
depanmu yang baru.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar